“Ini apa nama lapeknya?, seperti peluru bulando bauntai” kata Pak Gubernur. “Ini Lapek Kampuang Aro Pak” jawab Ibu-ibu PKK tersebut, lapek pisang khas Desa Balah Aie. Yang sekarang desa tersebut menjadi Nagari Koto Tinggi.
Selesai acara tersebut, Ibu-ibu PKK Balah Aie menjadikan lapek Kampung Aro menjadi ole-ole/bingkisan yang dibawa juga oleh rombongan Kemetrian, rombongan Gubernur, rombongan Bupati, rombongan Pak Camat, dan tamu lain yang datang pada acara tersebut.
Semenjak acara tersebut, Bupati dan Kepala Dinas di PemkabTK II Padang Pariaman menjadikan lapek Kampung Aro sebagai makan khusus dalam jamuan acara atau rapat-rapat di pemerintah. Sehingga lapek kampung aro semakin pupoler dan menjadi makan khas dari daerah Padang Pariaman atau Minangkabau.
Lapek Kaampung Aro ini memang enak. Jika dibawa ke daerah lain lapek tanpa bahan pengawet ini bisa tahan 3 minggu. Jika ditarok dalam kulkas bisa tahan bulanan.
Pada tulisan ini perlu ditegaskan bahwa lapek barajut itu nama sebenarnya lapek Kampung Aro, lapek khas urang Piaman yang sudah mendunia. Harapan dengan adanya klarifikasi dari penulis yang lahir dan besar berasal dari daerah lapek ini diciptakan agar publik mengetahui jelas asal muasalnya. Sehingga bisa memberikan penghargaan pada leluhur yang menciptakan lapek kampung aro tersebut.
Untuk pengembangan jenis usaha kuliner yang unik ini mungkin bisa melakukan inofasi yang mana kemasanya tidak berubah namun ditambah dengan bungkus atau kemasan lain yang bisa membuat lapek barajuik atau lapek kampuang aro ini bisa dipasarkan di pasar yang lebih luas, atau kalau bisa keluar dari sumatera barat.