“Begitu panjang perjalanan kehidupan saya jika diceritakan. Sampai saya diterima menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan Teknik IKIP Padang (sekarang Fakultas Teknik UNP) di Tahun 1972. Hingga saya diberi bekal untuk menjadi dosen yang kreatif dan kompetitif. Saya bersyukur bahwa setelah menerima secarik ijazah sarjana, saya langsung diamanahkan untuk mengabdi di almamater. Saya mengantongi status pekerjaan sebagai seorang dosen FKT IKIP,” ucap Zulfa penuh haru.
Setelah menikah di September Tahun 1979, di sekitar Mei 1981 ia mendapatkan kesempatan untuk melakukan studi banding tentang hubungan pendidkan vokasi dengan dunia industri ke tiga negara. India, Singapura, dan Malaysia. Tentu ini pengalaman pertama yang ditangguk oleh Zulfa saat itu.
“Meski dihadapkan dengan segala keterbatasan untuk mengabdikan pengetahuan, namun pengejawantahan dari sebuah ilmu senantiasa harus dilakukan. Hendaknya, kepulangan saya dalam kunjungan luar negri itu mesti membawa perubahan. Artinya, dimanapun saya berkegiatan, saya mengusahakan akan ada secercah benderang ke arah kemajuan. Mutlak adanya,” ujarnya.
Dari pengalamannya, Zulfa menjelaskan, setidaknya ada lima poin penting yang mesti dimiliki oleh setiap pendidik. Pertama, pengembangan kualitas pembelajaran. Kedua, pengembangan keilmuan dan keahlian. Ketiga, pengabdian masyarakat. Keempat, manajemen atau pengelolaan institusi dan kelima peningkatan kualitas kegiatan mahasiswa.
Mencatat Sejarah dalam Perjalanan ITP
“Dari lubuk hati yang paling dalam, rasa syukur membalut hati ini. Pikiran saya menerawang jauh pada 40 tahun silam. Saat awal kali pertama menetapkan hati untuk mendedikasikan diri di Kampus ITP (dulunya masih bernama ATP) ini. Barangkali, selama pengembaraan hidup sebagai seorang praktisi pendidikan, ITP telah menjadi bagian penting yang bersisian erat dengan sejarah hidup saya,” ucap Zulfa.