Ia mengingat kembali, saat pulang dari tiga negara, ia dikagetkan dengan adanya namanya di papan struktur ATP sebagai Wakil Direktur III ATP periode 1982-1986.
“Hal itu juga disampaikan langsung oleh Jalias Jama Dekan FKT IKIP saat itu (yang juga sebagai salah seorang pendiri/pengurus yayasan ATP). Betapa saya telah menerima amanah sebesar ini. Sebenarnya ATP masih begitu asing bagi saya. Saya hanya pernah mendengar saat itu saat saya menjadi mahasiswa, lalu bagaimana bisa saya langsung diamanahkan menjadi salah seorang pimpinan,” ujarnya.
ATP yang hari ini dikenal dengan ITP, didirikan oleh sembilan orang praktisi pendidikan yang berdedikasi. Sebagian besar dari pendiri itu berlatarbelakang peduli terhadap pendidikan dan pendidik dari IKIP Padang. ATP didirikan atas dasar “pengabdian untuk pendidikan” bukan untuk “bisnis”, dengan pikiran yang cemerlang dan niat penuh rasa pengabdian. Ini dapat dilihat dari kehidupan para pendiri, penyelenggara dan pengelolanya yang hidup dalam kesederhanaan.
“Di dalamnya mengusung niat baik dan sederhana dari para pendiri, yaitu: “untuk mencetak para ahli teknik yang kompeten”. Cita-cita besar ini menjadi tanggungjawab saya seiring dengan amanah sebagai wakil direktur yang diamanahkan terhadap saya. Pendekatan pertama saya dalam menjalankan tugas waktu itu adalah pemetaan permasalahan kemahasiswaan dan proses pembelajaran. Kemudian masuk kepada kelengkapan sarana dan prasarana, sampai dalam perjalanannya pada 1986 saya kemudian diamanahkan dan dilantik. Saya resmi menjadi Direktur ATP, berlanjut jadi Ketua STTP hingga Rektor ITP hingga Tahun 2003 dan akhirnya jadi ketua yayasan sampai saat ini,” ucapnya.
Singkat cerita, Zulfa mengungkapkan perasaan syukur dan haru bahwa semangatnya kini masih sama seperti dahulu, bersamangat mengabdi sembari mempersiapkan kader dengan orang-orang yang punya jiwa pengabdian yang tinggi, seperti cita-cita pendiri ini dahulu.
“Dahulu, di saat ITP seperti bunga yang masih kuncup kelopaknya. Kini, ITP menjelma menjadi perguruan tinggi swasta tersohor. Bagi saya, perjalanan ini masih panjang. Kita tidak boleh berhenti apalagi menyudahi perjuangan ini. Harus dilanjutkan oleh kader-kader yang berdedikasikasi tinggi untuk mengabdi. Kita tidak boleh berucap lelah untuk berdedikasi, karena berkecimpung dibidang pendidikan adalah pengabdian yang tulus,” ucapnya menyudahi. (*)