HARIANHALUAN. ID – Upaya menghadirkan inovasi pangan berbasis kearifan lokal kembali ditunjukkan tim peneliti kolaborasi antara Politeknik Negeri Padang (PNP) dengan Sekolah Vokasi Universitas Negeri Padang yang dilaksanakan Selasa (28/10/25).
Melalui program riset Katalisator Kemitraan Berdikari Kementerian Riset, Teknologi di bawah naungan Direktorat Minat Saintek dengan pendanaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), tim berhasil mengembangkan teknologi budidaya jamur tiram hingga produk rendang nabati dan olahan jamur lainnya yang diyakini mampu mendorong ekonomi hijau berbasis pangan lokal di Sumbar.
Riset dengan judul “Rendang Nabati dan Produk Olahan Jamur Berdaya Saing Global: Inovasi Pangan dan Jejak Kolaborasi Menuju Ekonomi Berbasis Pariwisata dan Sektor Pendukungnya yang Berkearifan Lokal di Sumatera Barat” merupakan kerjasama antara tim periset dengan Forum Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Limau Manih (FPM-KLM). FPM-KLM beranggotakan petani jamur tiram yang mayoritas ibu rumah tangga pada masa pandemic covid-19 mendapat bantuan dana dari CSR PT. Semen Padang.
Kegiatan diseminasi yang berlangsung di kampus PNP itu dibuka oWakil Direktur Bidang Kerja Sama PNP, Ihsan Lumansa Rimra.
Dalam sambutannya ia menegaskan komitmen kampus vokasi ini dalam menghadirkan inovasi yang langsung dirasakan masyarakat.
“Kami di PNP berkomitmen menguatkan riset yang memberi dampak langsung bagi masyarakat. Ini adalah bukti bahwa vokasi mampu menjawab kebutuhan industri dan pembangunan daerah,” ujarnya.
Turut hadir Kabid Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Sumbar, Andre Ola Vetric SE MM, mewakili Kepala Bappeda yang mengapresiasi riset pangan lokal ini sebagai inovasi yang selaras dengan agenda pembangunan daerah.
“Produk inovatif seperti ini harus menjadi bagian dari strategi ekonomi daerah. Kita butuh pangan bernilai tambah dan berdaya saing. Pemerintah siap membuka ruang kolaborasi lanjutan,” kata Andre Ola.
Hadir pula sejumlah OPD, mitra riset, perwakilan CSR Semen Padang, PT Sucofindo dan SMKN 6 Padang yang turut mendukung kegiatan uji mutu dan uji sensori produk.
Riset ini tidak berhenti pada inovasi resep, melainkan membangun ekosistem produksi jamur mulai dari teknologi mesin budidaya hingga strategi komersialisasi. Mesin pengaduk media tanam, mesin press baglog, hingga mesin steamer dirancang untuk membantu petani meningkatkan kapasitas dan standar produksinya. Kehadiran PT Sucofindo sebagai mitra pengujian mutu, dan SMKN 6 Padang sebagai mitra uji rasa menunjukkan bahwa riset ini telah memperkuat jaringan penerapan inovasi sejak dini.
“Tim riset sudah sangat siap dari aspek kualitas. Tinggal kita kawal sertifikasi dan standarnya agar bisa masuk market lebih luas,” kata perwakilan PT Sucofindo.
Pada sisi dunia usaha, apresiasi juga datang dari kalangan industri.
“Ini inovasi yang memenuhi tiga syarat: enak, sehat, dan punya ceruk pasar jelas. Kalau dikemas profesional, ini bisa masuk retail hingga pasar internasional,” ujar perwakilan CSR Semen Padang. Bahkan, perwakilan pendidikan vokasi menengah mengungkapkan respon positif terhadap produk ini.
“Kami juga terlibat dalam uji rasa produk ini rasanya unik dan nagih” tutur perwakilan SMKN 6 Padang.
Kebutuhan akan inovasi pangan ini ditegaskan pula oleh OPD yang hadir, salah satunya Dinas Koperasi Kota Padang, yang melihat riset ini sebagai peluang besar bagi UMKM.
“UMKM di Kota Padang membutuhkan produk baru yang bisa menggerakkan ekonomi masyarakat. Rendang jamur sangat potensial, apalagi cocok dengan selera pasar kita,” ungkap perwakilannya dalam diskusi.
Produk hasil riset bahkan telah dipromosikan di berbagai pagelaran inovasi seperti Paptekindo UNP, ICBE Unand, serta pameran inovasi PNP yang mendapat respon sangat baik dari pengunjung.
Tim peneliti menegaskan bahwa riset ini memiliki misi sosial jangka panjang membuka peluang usaha baru, menjawab kebutuhan pangan berkelanjutan, dan mendukung transisi ekonomi rendah karbon.
“Kami ingin jamur menjadi sumber ekonomi keluarga. Riset ini bukan hanya inovasi dapur, tapi inovasi kesejahteraan,” ujar ketua tim peneliti Dr. Amy Fontanella, Ak. CA dalam wawancara.
Dengan potensi rasa yang lezat, nilai gizi tinggi, dan ramah lingkungan, rendang jamur dipandang layak menjadi ikon kuliner masa depan yang dapat memperkuat citra Sumbar sebagai destinasi wisata kuliner berkelas dunia.
“Di sinilah cita rasa Minang memasuki masa depan dengan bahan baru, tapi tetap menjaga identitas dan marwahnya,” tutup peneliti.
Diseminasi riset ini memperlihatkan bahwa penguatan inovasi vokasi telah menyentuh langsung hulu-hilir ekosistem pangan lokal dari petani hingga pasar. Dengan kolaborasi lintas sektor yang semakin solid, jamur dapat menjadi komoditas unggulan baru yang mendukung ekonomi masyarakat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan di Ranah Minang. (*).














