Kemudian untuk intervensi sensitif, Sumatera Barat masih menggenjot untuk ketersediaan air bersih, sanitasi, serta mengatasi kemiskinan ekstrem pada masyarakat. Selain itu, juga berusaha untuk menekan angka TFR (Total Fertility Rate) serta ASFR (Age Spesific Fertility Rate) usia 15-19 tahun atau remaja yang melahirkan muda.
Sejauh ini, Firdan menjelaskan beberapa langkah strategis yang sudah dilakukan oleh BKKBN.
“Pertama, Penyediaan data keluarga berisiko stunting melalui Pendataan Keluarga (PK) yang dimutakhirkan satu kali se tahun serta di verifikasi dan validasi setiap saat,” ujarnya.
Kedua, Fasilitasi ketersediaan dan peningkatan kapasitas serta penguatan Tim Pendamping Keluarga yang mana satu tim terdiri dari Bidan, Kader TP PKK, dan Kader KB yang bersama-sama melakukan pendampingan keluarga dan Calon pengantin dengan memberikan penyuluhan, fasilitasi layanan rujukan, dan fasilitasi bantuan sosial.
Ketiga, Fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia dalam implementasi rencana aksi nasional percepatan penurunan stunting melalui Satgas Percepatan Penurunan Stunting (Satgas Stun-
ting) yang ada di pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
Keempat, menggelorakan gerakan Bapak/Bun
da Asuh Anak Stunting (BAAS). Gerakan ini sebagai upaya gerakan organik yang timbul oleh masyarakat dan beberapa pihak agar dapat berkontribusi dalam intervensi terhadap keluarga berisiko stunting. (*)