TURKIYE, HARIANHALUAN.ID — Kesuksesan Festival Pasar Senggol Turkiye 2025 yang berhasil menarik sekitar 3.000 pengunjung dalam satu hari tidak lepas dari peran penting Haritsah Mujahid sebagai Ketua Panitia. Di bawah kepemimpinannya, festival budaya dan ekonomi kreatif terbesar diaspora Indonesia di Turkiye ini tidak hanya berlangsung meriah, tetapi juga memperkuat hubungan diplomatik Indonesia–Turkiye dan menegaskan peran strategis diaspora di panggung global.
Mengusung tema “75 Tahun Diplomasi: Diaspora Berdaya, Ekonomi Mendunia”, Pasar Senggol Turkiye edisi keempat tampil lebih megah dan berwarna. Festival ini menghadirkan kekayaan budaya Indonesia melalui pertunjukan seni, tari tradisional, pencak silat, musik, hingga kuliner khas Nusantara seperti sate padang, rendang, pempek, dan es cendol. Tidak hanya itu, acara ini juga menjadi panggung bagi UMKM diaspora, menampilkan produk kecantikan, fashion, dan layanan travel yang menarik minat pengunjung lokal maupun internasional.
Dalam opening speech 3 bahasa yang disampaikannya, Haritsah menegaskan bahwa hubungan antara Indonesia dan Turkiye bukan hanya soal diplomasi antarnegara. “Ikatan ini lebih dari sekadar hubungan diplomatik semata, ikata ini adalah perpaduan hati, budaya, dan persaudaraan yang telah terjalin sepanjang sejarah. Hari ini kita tidak hanya merayakan sebuah festival, tetapi menyaksikan wujud terindah dari persaudaraan itu hidup dalam kebersamaan,” ujarnya.
Acara yang berlangsung di Hasköy Kültür ve Sanat Gösteri Merkezi ini juga mempertemukan pengunjung dari lebih dari 35 negara, termasuk Amerika Serikat, Rusia, Korea Selatan, Italia, Mesir, Pakistan, Malaysia, dan Perancis. Keberagaman tersebut menciptakan suasana multikultural yang dinamis, di mana seni, kuliner, dan kreativitas menjadi bahasa universal yang mempererat hubungan antarbangsa. Kehadiran artis asal ibu kota Indonesia turut memeriahkan panggung utama yang megah dengan pencahayaan modern dan dekorasi khas Nusantara.
Festival tahun ini tidak hanya sukses dari sisi budaya dan diplomasi, tetapi juga dari sisi ekonomi. Berdasarkan data panitia, total nilai transaksi yang tercatat selama satu hari pelaksanaan mencapai lebih dari 1 juta Turkish Lira, atau sekitar 400 juta rupiah, yang menunjukkan besarnya daya beli dan antusiasme pengunjung terhadap produk-produk Indonesia. Capaian ini menjadi bukti nyata bahwa ekonomi kreatif diaspora memiliki kontribusi signifikan dalam memperkenalkan produk Indonesia di pasar internasional.
Haritsah menegaskan bahwa keberhasilan Pasar Senggol bukan hasil kerja individu, melainkan kolaborasi banyak pihak. “Pasar Senggol bukan sekadar bazar atau hiburan, melainkan ruang yang menghadirkan identitas Indonesia di tanah rantau. Budaya adalah kekuatan diplomasi yang menyatukan, dan ekonomi kreatif menjadi jembatan kolaborasi tanpa batas. Semua ini terwujud berkat kerja luar biasa dari Super Team Pasar Senggol Turkiye 2025 yang berdiri bersama saya,” jelasnya.