HALMAHERA BARAT, HARIANHALUAN.ID – Tim pemetaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan sosialisasi temuan di lapangan dari hasil monitoring visual menggunakan pesawat nirawak (drone) wilayah rawan bencana sekunder erupsi Gunungapi Ibu kepada warga pengungsi maupun mereka yang tinggal di desa-desa yang dilalui jalur sungai berhulu di lereng puncak gunungapi berketinggian 1.325 mdpl itu.
Tim pemetaan yang terdiri dari Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom), Direktorat Pemetaan Risiko Bencana dan Direktorat Mitigasi itu membawa hasil visualisasi pencitraan udara kepada masyarakat yang memang sebelumnya mereka telah menantikan informasi penting sebagai bagian dari upaya kesiapsiagaan.
Hasil pemetaan sementara itu dicetak dengan ukuran yang besar dan dipasang di pos pengungsian agar masyarakat dapat melihat dengan jelas bagaimana kondisi geografis dan topografi di wilayah permukiman mereka. Selain itu, tim juga membagikan informasi melalui perangkat komputer jinjing untuk menunjukan di mana wilayah permukiman mereka, apa saja potensi risiko bencananya dan bagaimana langkah mitigasi serta antisipasinya.
Bagi masyarakat yang bermukim di wilayah kaki Gunungapi Ibu, kehadiran tim pemetaan BNPB memberikan pengalaman dan literasi baru terkait adanya potensi dampak risiko bencana sekunder dari aktivitas vulkanik gunungapi yang saat ini berada pada level IV atau “Awas”.
Segala informasi yang mereka dapatkan dari presentasi tim pemetaan BNPB, masyarakat menjadi lebih memahami apa yang harus dilakukan jika muncul tanda-tanda atau beberapa faktor lain yang dapat memicu terjadinya bencana sekunder erupsi Gunungapi Ibu.
Enam Desa Prioritas
Dari giat pemetaan, tim BNPB telah memotret aliran sungai yang berhulu ke Sungai Ibu. Foto udara tersebut selanjutnya diolah menjadi peta permukiman dengan resolusi tinggi, yaitu untuk Desa Duono, Desa Togoreba Sungi, Desa Togoreba Tua, Desa Naga, Desa Podol dan Desa Togowo.