SEMARANG, HARIANHALUAN.ID — Guna antisipasi dampak puncak musim kemarau, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempersiapkan berbagai langkah pencegahan kekeringan dan karhutla yang kerap terjadi di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Berbagai upaya kesiapsiagaan tersebut diimbau Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto S.Sos, M.M., saat memimpin Rapat Koordinasi Siaga Darurat Kekeringan dan Karhutla di Kantor Gubernur Jawa Tengah, pada Selasa (23/7).
Dalam rapat yang dihadiri jajaran unsur forkopimda Provinsi Jawa Tengah ini, Suharyanto meminta semua pihak untuk mewaspadai dampak bencana yang kerap terjadi, khususnya wilayah-wilayah yang biasa dilanda kekeringan. Diperkirakan bulan Juli dan Agustus merupakan puncak musim kemarau, dengan prakiraan curah hujan kurang dari 50 milimeter (mm). Hal ini dapat dapat memicu berbagai fenomena kekeringan meteorologis, karhutla, kurangnya air bersih, hingga gagal panen.
Dengan begitu, upaya preventif dirasa perlu untuk mengurangi potensi risiko yang lebih luas. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, langkah pencegahan harus menjadi prioritas pemerintah pusat maupun daerah.
Lebih lanjut, Suharyanto menyampaikan pembelajaran strategi penanganan karhutla dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tahun lalu diantaranya melakukan pendampingan mulai dari penetapan status siaga dan tanggap darurat, hingga operasi udara menggunakan water bombing.
Suharyanto juga mengimbau agar dilakukan rapat koordinasi, patroli dan apel kesiapsiagaan rutin dilakukan bersama jajaran forkopimda sehingga diharapkan kejadian tahun 2023 di Jawa Tengah seperti kebakaran Gunung Lawu, Gunung Sumbing, dan beberapa tempat pembuangan sampah tidak terjadi lagi.
BNPB juga akan membantu berbagai upaya daerah untuk meminimalisir dapak kemarau seperti pendistribusian air bersih hingga penggalian sumur tersier.
“Dikesempatan ini, diputuskan bahwa, dari pusat akan membantu pendistribusian air bersih, menggali sumur-sumur tersier, sehingga diharapkan kebutuhan air masyarakat di musim kemarau ini bisa teratasi,” jelas Suharyanto saat ditemui awak media, Selasa, (23/7).
Suharyanto menambahkan, operasi udara dengan melakukan Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) dapat menjadi salah satu langkah antisipasi jika diperlukan.
Sebagai bentuk dukungan, BNPB memberikan bantuan berupa peralatan yang dapat digunakan untuk penanganan bencana kekeringan kepada 30 kabupaten kota yang telah menetapkan status siaga darurat kekeringan dan karhutla. Adapun bantuan peralatan yakni tandon air kapasitas 5.000 liter sebanyak 20 unit, pompa dorong 5 set, pompa alkon 10 set, tenda pengungsi 2 unit dan velbet 30 unit.
Selain itu, BNPB juga memberikan bantuan Dana Siap Pakai untuk masing-masing kabupaten/kota sebesar 200 juta rupiah, dan 300 juta rupiah kepada Provinsi Jawa Tengah. Dengan dukungan ini, diharapkan agar lahkah antisipasi dan penanganan bencana kekeringan dan karhutla dapat lebih optimal. (*)