Gerakan ini butuh dukungan dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan seluruh kepala daerah, mulai dari provinsi hingga kabupaten/kota maupun pemangku kepentingan lainnya.
“Bahkan 10 besar dari negara rangking FIFA merupakan negara yang memiliki kurikulum sepak bola di sekolahnya,” kata pria yang kini didaulat menjadi pelatih Timnas U-23.
Dirinya optimis jika gerakan itu dimulai sejak dini Indonesia memiliki peluang untuk masuk jajaran 10 besar dunia, mengingat bangsa ini memiliki potensi generasi muda yang sangat besar.
Ia berharap Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan menjadikan turnamen seperti ini sebagai agenda rutin, sehingga daerah berjuluk ‘Negeri Sejuta Pesona itu’ terus melahirkan pemain berstandar nasional.
Pronasa, khususnya sepak bola hendaknya terus bergulir ke seluruh penjuru nagari guna menggali segala potensi besar yang mungkin belum dapat kesempatan untuk tampil. Sejak dulu kabupaten yang menjadi beranda Selatan Ranah Minang itu, selalu melahirkan insan sepak bola berskala nasional, mulai dari pelatih hingga pemain.
“Keberhasilan Pessel ini dibidang sepak bola sudah dianggap dan tradisi ini mesti dilestarikan, karena daerah punya potensi besar dan didukung kepala daerah yang komit dengan kualitas sumber daya manusia, termasuk atlet,” ucapnya. (*)