Selaku pengamat olahraga Sumbar, Yosrizal menilai, Porprov Sumbar XVI sebaiknya tidak dilaksanakan lantaran sudah tidak bermanfaat lagi. Alasannya, porpov sejatinya merupakan ajang seleksi talent scouting tingkat provinsi bagi para atlet terbaik Sumbar yang akan berlaga pada Pra PON dan PON.
“Sementara, sejak beberapa tahun terakhir. Sebagian cabor sudah membentuk tim Pra PON. Mereka sudah menseleksi sendiri tanpa dukungan KONI, para atlet sudah berlatih tanpa bantuan finansial dari KONI dan kini mereka akan dikembalikan ke Porprov,” ucapnya.
Secara teknis, kata Yosrizal, penyelenggaraan Porpov Sumbar XVI sudah tidak masuk akal. Toh, seharusnya fokus mereka sekarang seharusnya adalah Pra PON,” katanya.
Ia mengatakan, jika porprov tetap dilaksanakan, performa para atlet akan terkuras habis sebelum Pra PON digelar. Atas dasar itu, kata Yos, agar upaya Sumbar meraih prestasi tidak kembali gagal lantaran persoalan non teknis, seperti yang pernah terjadi pada PON Papua lalu, para atlet mau tidak mau harus difokuskan untuk menatap kejuaraan Pra PON.
“Namun itu semua berpulang kepada KONI sebagai stakeholder yang menggunakan dana hibah APBD sekitar Rp17 milliar. Manfaatkanlah dana hibah itu untuk fokus bagi pembinaan dan motivasi bagi atlet yang akan berlaga di Pra PON,” ujarnya.
Sementara masukan bagi Pemprov Sumbar, lanjut Yosrizal, momentum meredanya gonjang ganjing kepengurusan KONI, mesti dijadikan sebagai tonggak awal kebangkitan pembinaan dunia prestasi atlet olahraga Sumbar.
“Bagi pemerintah, lantaran dana hibah diserahkan kepada KONI, Dispora cukup mengawasi dan mengingatkan penggunaan dana hibah itu. Artinya, manfaatkanlah suasana yang sudah terjalin harmonis ini untuk satu tujuan meraih prestasi,” tuturnya. (*)