SPFC, sebut Afdal, adalah satu-satunya tim sepak bola profesional yang membesarkan namanya. Bahkan, bersama dengan SPFC yang kala itu bermain di Divisi Utama yang merupakan liga tertinggi di Indonesia, berbagai prestasi pun berhasil diraihnya. Bahkan, dia pun ikut merasakan masa-masa kejayaan SPFC di kancah sepak bola Indonesia.
Mulai dari juara Piala Galatama pada tahun 1992 setelah mengalahkan Arema Malang di final berkat gol semata wayang Delfi Adri, hingga mewakili Indonesia di Piala Winners Asia tahun 1993 – 1994 sampai ke babak delapan besar. Pada penampilan perdananya di kancah Asia ini, SPFC mendapatkan bye dari putaran pertama dan berhasil mengalahkan wakil Vietnam Cảng Sà i Gòn dengan skor agregat 2-1 pada putaran kedua.
“Di putaran ketiga, SPFC terpaksa mengakui keunggulan wakil Jepang Nissan Motors F.C. dengan agregat 2-12, setelah berhasil menang 2-1 di laga kandang,” ungkap suami dari Hakim Tipikor Pengadilan Negeri Padang bernama Hj Emria Fitriani, SH, MH, itu.
Di luar SPFC, berbagai prestasi juga pernah diraih Afdal. Bahkan di tahun 1988, Afdal pernah dipanggil PSSI untuk mengikuti Piala Raja U-21 yang digelar di Bangkok, Thailand, kemudian mewakili Sumbar pada ajang PON XII di Jakarta pada tahun 1989, serta pernah dipanggil mengikuti seleksi PSSI Senior untuk Sea Games tahun 1993. Pada tahun 2000, Afdal pun mengakhiri karirnya sebagai pemain profesional SPFC.
“14 tahun saya di SPFC, dan setelah gantung sepatu, saya pun mencoba berkarir sebagai pelatih mulai tahun 2003 sampai 2008. Pada tahun 2003, saya pun menjadi pelatih PSP-U18 di tingkat Sumatera yang digelar di Palembang. Tahun 2006, sebagai pelatih Tim Sepak bola Unand dan meraih juara I. Kemudian tahun 2007, menukangi PS Semen Padang U-18 dan berhasil Juara I tingkat Sumbar. Tahun 2008, menjadi caretaker asisten pelatih PS Semen Padang,” bebernya.
SPFC, kata Afdal, tidak hanya sebagai tim yang membesarkan namanya. Tapi, berkat SPFC lah dirinya bisa menjadi karyawan PT Semen Padang, yang merupakan perusahaan semen kebanggaan masyarakat Sumbar dan bangsa Indonesia tentunya. Apalagi, ketika diangkat menjadi karyawan PT Semen Padang pada tahun 1989, manajemen perusahaan masih terus memberikan kesempatan bagi dirinya untuk berkarir di sepak bola.
“Ini yang membuat saya bangga bisa bergabung ke SPFC. Meski saya diangkat menjadi karyawan, manajemen perusahaan tetap memberi saya ruang untuk terus berkarir sebagai pesepak bola profesional. Tidak hanya saya, pemain-pemain SPFC lainnya yang juga diangkat jadi karyawan seperti Anton Syofnevil, Wellyanshah, dan Aspinal, juga diberikan kesempatan untuk berkarir di sepak bola,” katanya.