Oleh : Muhammad Kamrun (Mahasiswa Magister Universitas Negeri Padang)
Globalisasi telah membawa dunia menjadi lebih terhubung, terutama dipicu oleh perkembangan teknologi yang mana sekarang komunikasi antar daerah bahkan antar negara bisa dilakukan dalam hitungan menit sangat berbeda dengan zaman dulu, harus menunggu berhari-hari bahkan berbulan yang disebabkan jauhnya jarak.
Di Indonesia, perkembangan teknologi ini sudah sangat tidak terbendung oleh semua kalangan dikarenakan adanya kebutuhan bagi masyarakat itu sendiri seperti pengunaan gadget (handphone) untuk melakukan komunikasi dan ini berdampak pada aspek pendidikan terutama pendidikan karakter, dengan pengunaan gadget dapat meningkatnya informasi publik mengenai isu-isu local maupun global yang dapat diakses oleh peserta didik. Namun, tidak adanya pengontrolan yang terstruktur oleh pihak pemerintah dan kurangnya kesadaran oleh masyarakat maka muncul dampak negative dari perkembangan teknologi ini. Dampak yang terlihat jelas yaitu mulai memudarnya sikap simpati peserta didik disebabkan oleh kesibukan induvidu mereka dimedia social dan kurangnya komunikasi secara langsung didunia nyata.
Adapun tantangan yang akan dihadapi oleh pendidikan Indonesia yaitu penurunan moral karakter peserta didik yang timbul akibat kebebasan dan ketidak jelasan aturan yang ada, peserta didik memiliki kebutuhan pengunaan gadget untuk penguatan pembelajaran namun tidak ada aturan yang jelas tentang batasan umur pengunaan gadget maka dari itu akan mengakibatkan penyalahgunaan akses oleh peserta didik yang tidak terkontrol oleh pihak yang berwenang termasuk masyarakat itu sendiri, akan berdampak kepada perilaku mereka dikemudian hari.
Perkembangan teknologi di era globalisasi menawarkan peluang besar bagi pendidikan karakter, tetapi juga membawa tantangan yang harus diatasi dengan kebijakan yang tepat. Dengan memanfaatkan teknologi, menjadikan peserta didik yang lebih berkualitas serta memudahkan dalam kegiatan pembelajaran, teknologi menjadi alat yang mendukung pendidikan seluruh warganya. Namun butuh tanggung jawab bersama, berkomitmen untuk mengontrol pengunaan gadget dilingkungan sekolah dan masyarakat.
Selain itu, saya juga mengutip perkataan dari mantan CEO Microsoft Corporation yang menyatakan bahwa usia 14 tahun bisa menjadi waktu yang tepat memberikan ponsel kepada anak. Karena hal ini anak-anak sudah menunjukkan tingkat kedewasaan dan tanggung jawab yang lebih tinggi.
Maka dari itu sebisa mungkin kita menghindari pengunaan gadget oleh anak yang dibawah usia 14 tahun, perkembangan teknologi yang ditawarkan era globalisasi ini harus sangat diperhatikan semua kalangan agar terhindar dari ketimpangan akses teknologi oleh peserta didik. Mungkin dengan menciptakan aturan yang jelas akan syarat pengunaan gadget, seperti batasan umur yang diperbolehkan untuk memakai gadget. Hal ini juga harus selaras dengan aturan pembelajaran yang membutuhkan gadget sebagai alat pendukung pembelajaran.
Selain itu, aturan-aturan yang diciptakan nantinya harus ada sosialisasi literasi yang tepat dan menyeluruh agar aturan yang diterapkan dapat membuat suatu perubahan yang optimal dan aturan itu juga perlu ada pengontrolan yang tersruktur baik itu dari pihak pemerintahan maupun masyarakat.
Dalam konteks lingkungan kita bisa mengaplikasikan Pendidikan karakter berbasis teori behavioristik bertujuan untuk membentuk perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai karakter melalui penguatan positif, pembiasaan, dan pengendalian lingkungan. Refleksi ini merangkum elemen-elemen kunci dari pendekatan tersebut.
Elemen Utama Perspektif Behavioristik
a.Penguatan Positif dan Negatif
Penguatan positif (reward) digunakan untuk memperkuat perilaku baik, seperti pemberian pujian atau penghargaan. Penguatan negatif menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan ketika perilaku baik dilakukan, seperti penghapusan tugas tambahan untuk perilaku disiplin.
b. Pembiasaan (Habitualization)
Perilaku baik dilatih secara berulang hingga menjadi kebiasaan, seperti ucapan “maaf”, “tolong”, dan “terima kasih”.
c. Pengendalian Lingkungan
Lingkungan belajar dirancang untuk meminimalkan pengunaan gadget dan mempromosikan perilaku positif, misalnya melalui aturan kelas yang jelas dan aktivitas kolaboratif.
d. Modeling (Peniruan)
Guru dan orang tua menjadi panutan dengan menunjukkan perilaku yang diinginkan, sehingga siswa dapat meniru dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut.
e. Penggunaan Hukuman yang Tepat
Hukuman bersifat mendidik, diterapkan secara proporsional untuk mengurangi perilaku buruk, tanpa merusak rasa percaya diri peserta didik.
Evaluasi Berbasis Perilaku
f. Perubahan perilaku diukur melalui indikator yang dapat diamati, seperti frekuensi perilaku baik sebelum dan sesudah intervensi.
Adapun beberapa tambahan mungkin seperti :
a. Pentingnya Konteks Lokal
Implementasi pendidikan karakter harus mempertimbangkan konteks lokal agar relevan dengan kebutuhan masyarakat setempat.
b. Kolaborasi sebagai Inti Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter yang efektif membutuhkan kerja sama antara guru, siswa, dan masyarakat untuk memastikan penerapan nilai-nilai dalam kehidupan nyata.
c. Komitmen Terhadap Nilai Pancasila
Profil Pelajar Pancasila menjadi landasan kuat dalam membangun karakter siswa sebagai warga negara yang baik, yang relevan dengan tantangan global.
Dan hal itulah yang mungkin bisa kita aplikasikan untuk mengurangi dampak perkembangan teknologi dan mengoptimalkan dari perkembangan teknologi itu sendiri, maka kunci kesuksesan itu terdapat pada kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan kesadaran dari masyarakat. (*).