Oleh : Chelly Wahyu Amelya (Mahasiswa Teknik Kimia Universitas Bung Hatta) Sekretaris Jenderal Dewan Energi Mahasiswa Sumatera Barat
Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dalam transisi menuju energi bersih yang berkelanjutan. Ketergantungan pada bahan bakar fosil, peningkatan emisi karbon, serta ancaman perubahan iklim semakin mendesak untuk ditanggulangi melalui berbagai kebijakan dan inisiatif konkret.
Menyadari urgensi ini, Dewan Energi Mahasiswa Sumatera Barat (DEMSu) menggelar acara bertajuk “Dekarbonisasi: Langkah Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan”, yang tidak hanya membahas strategi transisi energi tetapi juga menjadi momen penting dalam deklarasi pemekaran organisasi ini.
Pemekaran DEMSu menandai langkah besar dalam memperluas jangkauan gerakan mahasiswa di bidang energi dan keberlanjutan, memastikan keterlibatan lebih banyak mahasiswa dan pemangku kepentingan dalam diskusi serta aksi nyata terkait kebijakan energi di Indonesia.
Pemekaran ini adalah langkah strategis untuk memperkuat peran mahasiswa dalam advokasi energi yang lebih berkeadilan dan berbasis keberlanjutan.
Dalam Talk Show “Dekarbonisasi: Langkah Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan”, Prof. Dr. Maizar Rahman, Ketua Dewan Gubernur OPEC dan Acting Sekretaris Jenderal OPEC, membahas tantangan besar yang dihadapi dunia dalam transisi energi serta dampaknya terhadap Indonesia.
Ia menyoroti bahwa emisi karbon global terus meningkat, didorong oleh ketergantungan tinggi pada energi fosil. Menurut laporan Global Carbon Project, emisi karbon global telah mencapai 36,8 miliar ton CO₂ pada 2023, dengan sektor energi sebagai penyumbang utama.
Indonesia sendiri menyumbang sekitar 511 juta ton CO₂ per tahun, yang mayoritas berasal dari pembakaran batu bara untuk pembangkit listrik serta sektor industri dan transportasi.
Tanpa langkah nyata untuk mengurangi emisi, dampak perubahan iklim akan semakin parah, mengancam ketahanan pangan, kesehatan, dan ekonomi global.
Energi terbarukan menjadi kunci utama dalam menekan emisi karbon dan mencapai transisi energi yang berkelanjutan.
Prof. Maizar Rahman menjelaskan bahwa pola energi dunia ke depan akan didominasi oleh sumber energi bersih dan rendah karbon.
Berdasarkan proyeksi International Energy Agency (IEA), pada tahun 2050, lebih dari 50 persen konsumsi energi global akan berasal dari sumber terbarukan seperti hidro, surya, angin, bioenergi, panas bumi, dan energi laut.
Indonesia memiliki potensi besar dalam energi terbarukan dengan kapasitas mencapai 443,2 GW, tetapi hingga saat ini pemanfaatannya baru sekitar 12,7 persen dari total potensi.
Kurangnya infrastruktur, tingginya biaya investasi, serta kebijakan yang belum optimal masih menjadi penghambat utama dalam pengembangan energi hijau di Indonesia.
Dalam acara ini, hadir beberapa pembicara utama yang memberikan wawasan komprehensif tentang strategi dekarbonisasi dari berbagai sektor.
Sesi pertama menghadirkan Arie Gumilar, Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), yang menyoroti pentingnya transisi energi yang adil (Just Transition) bagi pekerja di sektor migas.
Ia menekankan bahwa peralihan ke energi terbarukan harus dibarengi dengan pelatihan dan penyesuaian keterampilan tenaga kerja agar tidak terjadi pengangguran massal akibat peningkatan otomatisasi dan peralihan ke energi hijau.
Menurut laporan International Labour Organization (ILO), transisi menuju ekonomi rendah karbon berpotensi menciptakan 24 juta pekerjaan baru secara global pada tahun 2030, tetapi juga dapat menyebabkan hilangnya 6 juta pekerjaan jika tidak diantisipasi dengan kebijakan yang tepat.
Arie juga menegaskan bahwa serikat pekerja memiliki peran penting dalam mengawal kebijakan energi agar tidak hanya menguntungkan investor dan perusahaan, tetapi juga tetap melindungi hak-hak pekerja di industri yang terdampak transisi ini.
Pentingnya Pajak Karbon dalam Transisi Energi
Salah satu kebijakan penting yang mendukung transisi energi adalah pajak karbon (carbon tax), yang berfungsi sebagai mekanisme disiplin bagi pengguna energi berbasis fosil.
Pajak karbon bekerja dengan mengenakan biaya pada setiap ton emisi karbon dioksida (CO₂) yang dihasilkan, di mana dana yang diperoleh dialokasikan untuk proyek-proyek pengurangan emisi, pengembangan energi terbarukan, serta peningkatan efisiensi energi.
Pajak karbon memiliki dampak besar dalam mendorong perubahan perilaku: Pajak ini meningkatkan biaya penggunaan energi fosil, sehingga mendorong industri dan masyarakat untuk beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan.
Pajak ini memacu efisiensi energi dengan menekan konsumsi yang berlebihan dan mendorong adopsi teknologi hemat energi.
Pajak karbon dapat meningkatkan investasi pada energi terbarukan, seperti energi surya dan angin, yang dalam jangka panjang dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Di Indonesia, kebijakan pajak karbon mulai diterapkan sejak 1 April 2022, dengan tarif awal Rp30 per kg CO₂e. Kebijakan ini merupakan langkah awal dalam mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060 dan target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% dengan upaya sendiri, atau hingga 43,20% dengan dukungan internasional, sebagaimana tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC).
Meskipun tarif pajak karbon di Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain—misalnya, Swedia menetapkan pajak karbon sekitar USD 137 per ton CO₂—implementasinya tetap menjadi langkah awal yang penting dalam menginternalisasi dampak lingkungan dari penggunaan energi berbasis fosil.
Peran Dewan Energi Mahasiswa Sumatera Barat
Sebagai organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang energi dan lingkungan, DEMSu berkomitmen untuk menjadi garda terdepan dalam mengawal kebijakan transisi energi serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengurangan emisi karbon.
Melalui berbagai program dan kajian strategis, DEMSu akan terus berperan aktif dalam mendukung inovasi energi hijau, meningkatkan sinergi dengan pemangku kepentingan, serta mendorong keterlibatan mahasiswa dalam aksi nyata menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Pemekaran DEMSu diharapkan dapat semakin memperkuat jaringan gerakan mahasiswa energi di Sumatera Barat dan Indonesia.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, DEMSu optimis bahwa Indonesia dapat mempercepat transisi energi dan mencapai masa depan yang lebih hijau, mandiri energi, dan berkelanjutan.
DEMSu mengajak seluruh elemen masyarakat, akademisi, dan industri untuk bersinergi dalam mendorong transformasi energi yang lebih inklusif dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
Terima kasih juga atas dukungan dari berbagai pihak yang turut berperan dalam terselenggaranya acara ini, di antaranya: PT Pertamina (Persero) Fungsi Non-Government Relations, PT Pertamina Patra Niaga Sumbagut, PT Kilang Pertamina Internasional, PT Kurnia Abadi Padang, PT Pelindo Regional II Tanjung Priok, PT Semen Padang, dan PLN UID Sumbar.
Dukungan ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi lintas sektor sangat penting dalam mendorong percepatan transisi energi di Indonesia.(*)