Napak Tilas Pendiri Gontor di Perguruan Thawalib Padang Panjang

Oleh : Irwan Natsir (Sekretaris Umum Yayasan Thawalib)

SEDIKITNYA 192 orang alumni Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur akan berkunjung ke Perguruan Thawalib Padang Panjang pada Sabtu 25 Juni ini untuk melakukan acara “Napak Tilas Perjalanan Pendidikan alm Kiyai Imam Zarkasyi”.

Pemberitahuan akan kunjungan dari alumni Pondok Modern Darussalam Gontor tersebut dengan menyebut acara syukuran 30 tahun Country ’92, direncanakan alumni dari berbagai daerah di Indonesia akan datang melakukan napak tilas di Perguruan Thawalib Padang Panjang.

Mendapat kabar tersebut, tentu sebagai tuan rumah akan menerima dan menyambut hangat kedatangan ratusan alumni Pondok Modern Darussalam Gontor ke Perguruan Thawalib. Tentu suatu kehormatan manakala para alumni Gontor yang saat ini pesantrennya telah memiliki banyak cabang di berbagai daerah di Indonesia termasuk di Sumatera Barat sendiri, berkunjung ke Perguruan Thawalib yang saat ini berusia 111 tahun.

Sekilas tentu muncul pertanyaan, kenapa para alumni Gontor mengadakan acara napak tilas pendidikan alm Kiyai Imam Zarkasyi di Perguruan Thawalib? Apa hubungan Kiyai Imam Zarkasyi yang merupakan salah seorang pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor dengan Perguruan Thawalib?

Ketika menerima surat dari alumni Gontor tersebut, maka memori terhadap hubungan emosional Perguruan Thawalib dengan Pondok Modern Darussalam Gontor kembali muncul. Bahkan memori semacam itu selalu muncul tatkala kedatangan para alumni Gontor ke Perguruan Thawalib.

Sebelumnya, sering para alumni Gontor, baik mereka yang tamat dari Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, atau lulus dari cabang Pesantren Gontor di daerah lain, tatkala berkunjung ke Perguruan Thawalib.

Para alumni Gontor yang datang ada langsung dengan tujuan ke Perguruan Thawalib, ada pula yang memanfaatkan acara di Sumatera Barat lalu singgah ke Perguruan Thawalib. Misalnya beberapa waktu lalu ketika acara MTQ Nasional diadakan di Padang Sumatera Barat, beberapa alumni Gontor yang ikut MTQ dari provinsi lain, menyempatkan diri di sela sela acara MTQ berkunjung ke Perguruan Thawalib.

Pendek kata, berbagai macam cara para alumni Gontor datang ke Perguruan Thawalib. Maksud dan tujuan berkunjung hanya satu, ingin melihat langsung pesantren tempat Kiyai Imam Zarkasyi.

Kiyai Imam Zarkasyi

Kiyai Imam Zarkasyi adalah salah seorang dari tiga pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor. Dua pendiri lainnya adalah Kiyai Ahmad Sahal dan Kiyai Zainudin Fananie. Ketiga orang ini dikenal dengan sebutan Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.

Dari ketiga pendiri Gontor tersebut, Kiyai Imam Zarkasyi adalah orang yang mengenyam pendidikan di Perguruan Thawalib pada tahun 1930 an. Saat ini sebutan Perguruan Thawalib adalah Sumatera Thawalib.

Kenapa dan bagaimana kiyai Imam Zarkasyi bisa sekolah di Sumatera Thawalib yang pada waktu itu dipimpin oleh Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim?

Dalam buku Sejarah Perguruan Thawalib Padang Panjang yang dterbitkan Yayasan Thawalib tahun 2021, salah satu bab dalam buku tersebut adalah kisah Kiyai Imam Zarkasyi.

Imam Zarkasyi melanjutkan studi ke Padang Panjang pada tahun 1930. Keberangkatan Imam Zarkasyi ke Padang Panjang, bagi masyarakat santri di Jawa pada waktu itu merupakan langkah kontroversial, karena Jawa justru dianggap sebagian besar kalangan sebagai tujuan belajar ilmu agama. Masyarakat santri pada waktu itu mempunyai kecenderungan mondok di Tebu Ireng Jombang atau di Tremas Pacitan . Tetapi Imam Zarkasyi malah memilih belajar ke Padang Panjang. Beliau mengikuti arahan dari gurunya di Solo Ustadz al-Hasyimi yang menyarankannya untuk melanjutkan studi ke Padang Panjang, Minangkabau. Karena pada waktu itu di Padang Panjang Sumatera Barat sudah banyak ulama lulusan Mesir .

Minangkabau juga menjadi pintu gerbang masuknya pembaharuan pemikiran Islam ke Indonesia di penghujung abad ke-19 serta diiringi oleh berbagai lembaga pendidikan maju, seperti Madrasah Adabiyah, Madrasah Diniyah al-Yunusiyah, Sumatra Thawalib, dan Normal Islam . Sistem pendidikan surau menjadi madrasah dengan inovasi yang dilakukan oleh Abdul Karim Amrullah (Ayah dari Buya Hamka) di Sumatera Thawalib . Tujuan utama Thawalib adalah membantu meningkatkan pengetahuan muridnya dan terampil untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat..

Sebelum masuk ke Sumatera Thawalib, Imam Zarkasyi belajar di pesantren di Solo. Pada saat di Solo, ia mendapat tawaran untuk belajar ke Mesir, tetapi pada waktu itu tidak jadi berangkat. Karena tidak jadi belajar ke Mesir, ia mencari jalan lain dengan cara mencari guru yang pernah belajar di Mesir. Untuk itu, gurunya bernama al-Hasyimi menyarankan kepadanya untuk melanjutkan studi ke Padang Panjang, Minangkabau. Pada waktu itu di Padang Panjang, Sumatera telah banyak ulama lulusan Mesir.

Dengan menerima saran dari gurunya, akhirnya pada tahun 1930 Imam Zarkasyi berangkat ke Padang Panjang. Sekolah yang pertama yang menjadi tujuannya adalah Sumatera Thawalib Padang Panjang. Masa belajar di Thawalib ini 7 tahun, terdiri atas 4 tahun tingkat ibtidaiyah dan 3 tahun tingkat Tsanawiyah.

Sesampai di Sumatera Thawalib, Imam Zarkasyi mulai belajar langsung duduk di kelas IV (II Tsanawiyah), dan berhasil menamatkan pelajarannya dengan baik dalam waktu 2 tahun. Lulusan Thawalib pada umumnya sudah menguasai ilmu agama dengan baik. Mereka sudah mampu membaca dan memahami buku-buku berbahasa Arab. Imam Zarkasyi sendiri tidak banyak mengalami kesulitan dalam menempuh pelajarannya di Thawalib karena pengalaman belajarnya, terutama di Solo .18.

Meskipun hanya 2 tahun belajar di Thawalib Padang Panjang, tetapi sangat membekas dan mempengaruhi Imam Zarkasyi dalam melakukan perubahan sistem belajar di Pesantren Gontor setelah kembali dari pulau Sumatera. Karena secara psikologis Pesantren Modern Gontor dan Thawalib memiliki hubungan yang istimewa dalam konteks modernitas pesantren di Indonesia.

Gontor berubah menjadi pondok modern adalah sebagai buah inspirasi dari Thawalib Padang Panjang. Sehingga wajar modernitas Pesantren Gontor banyak dipengaruhi oleh Sumatera Thawalib, karena Imam Zarkasyi belajar di Thawalib cukup lama dan berguru pada ulama-ulama pembaharu Sumatra Barat, salah satunya Abdul Hamid Hakim, seorang ulama ushul fiqh yang terkenal..

Dari kisah sekolah di Sumatera Thawalib tersebut, menjadi bagian dari perjalanan Kiyai Imam Zarkasyi dalam menimba ilmu setelah sebelum dan sesudahnya ia juga belajar ke berbagai pesantren lain.

Meski dua tahun di Sumatera Thawalib, namun menjadi bagian sejarah penting bagi Kiyai Imam Zarkasyi. Dan hal itulah yang menjadi dasar dilakukan kegiatan “Napak Tilas Pendidikan alm Kiyai Imam Zarkasyi” oleh ratusan para alumni Gontor yang akan berkunjung pada 25 Juni ini.

Kisah kiyai Imam Zarkasyi memang menjadi salah satu tulisan dalam buku Sejarah Perguruan Thawalib Padang Panjang yang dilaunching pada Mei 2021 lalu dalam acara 110 tahun Perguruan Thawalib. Kisah perjalanan Kiyai Imam Zarkasyi adalah jembatan hubungan emosional Perguruan Thawalib Padang Panjang dengan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Napak tilas yang akan dilakukan ratusan alumni Gontor tentu suatu upaya untuk mengenang Kembali bagaimana salah seorang trimurti pendiri Gontor tersebut menimba ilmu di kota Serambi Mekkah, Padang Panjang.***

Exit mobile version