Oleh : Ahmad Sofyan Hadi
Apa yang akan Anda lakukan saat menahan rasa pedas dimulut?
Tentu saja mencari air bukan?
Atau setidaknya mencari makanan yang bisa menghilangkan rasa pedas.
Dulu saya mengigit cabai kecil, tapi pedasnya amit-amit. Langsung melahap tahu besar meski rasanya hambar saja, sebab tidak ada air.
Intinya kita mencari penawar atas rasa pedas di mulut.
Sebenarnya saya tidak membahas rasa pedas, melainkan emosi negatif seperti rasa marah.
Anak yang pernah mengalami kekerasan baik fisik maupun verbal berulang kali, memendam rasa marah.
Sebutlah kejadiannya di rumah, pelakunya orang tuanya sendiri. Maka setiap kali masuk rumah, setiap kali bertemu atau sekedar mendengar suara orang tuanya, kenangan diperlakukan keras itu muncul di pikiran.
Rasa marah kembali menyeruak, tapi ditahan.
Menahan rasa marah itu gak enak, seperti menahan rasa pedas di mulut.
Makanya ada anak yang mencari penawar ke handphone, pacaran, scroll medsos, atau pergaulan bebas. Hakikatnya mencari penawar.
Itu sebabnya kemarahan dipendam ini mesti dihilangkan dengan mengenali akarnya lalu terapi. Berdasarkan pengalaman menangani terapi, anak yang ketagihan sesuatu yang buruk karena kemarahan dipendam kepada orang tuanya.
Bahkan ada anak perempuan usia SMP yang -maaf- masih mengompol semata-mata memendam marah kepada ayahnya. Ketika diterapi kemarahan ini, “sembuh” tak pernah ngompol lagi.
Sekarang giliran Anda. Apakah pernah melakukan kekerasan fisik atau verbal ke anak saat masih kecil dulu? (*)