Oleh: Bambang Soesatyo (Anggota DPR RI/Dosen S3 Ilmu Hukum Universitas Borobudur)
Jutaan orang muda, atau mereka yang berusia produktif, saat ini terpaksa menjalani hidup keseharian dengan berselimutkan gelisah karena berstatus pengangguran. Dari fakta ini, orang muda Indonesia berharap para pembantu presiden berinovasi dengan mengkreasi kebijakan dan program yang solutif untuk menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya.
Jumlah pengangguran yang terus bertambah patut menjadi perhatian dan keprihatinan bersama. Mudah-mudahan, aneka masalah yang mengemuka di ruang publik akhir-akhir ini tidak menggeser atau bahkan menenggelamkan persoalan riil yang sedang dihadapi puluhan juta orang muda Indonesia. Persoalan nyata itu adalah defisit lapangan kerja. Menyoal minimnya lapangan kerja saat ini bukan masalah atau kepentingan satu-dua orang, melainkan persoalan bersama. Sebab, bukankah masa depan negara-bangsa berada di pundak generasi penerus?
Belakangan ini, sejumlah elemen masyarakat merasa sangat prihatin karena Presiden Prabowo Subianto tiba-tiba dihadapkan pada sejumlah masalah historis. Dari persoalan tata kelola sumber daya alam (SDA) yang tidak mengindahkan urgensi pelestarian lingkungan hingga persoalan tentang tata kelola wilayah oleh pemerintah daerah. Sudah pasti bahwa beberapa persoalan itu mengganggu fokus serta menyita perhatian Presiden. Sebab, apapun latar belakang semua persoalan itu, tetap harus disikapi dan segera diselesaikan oleh pemerintah, kendati persoalan-persoalan itu sejatinya hanya berkait dengan kepentingan segelintir orang.
Bersyukur bahwa Presiden Prabowo dengan tenang, tegas, dan penuh kebijaksanaan sudah menyelesaikan beberapa persoalan itu. Kini, kepedulian pada masalah defisit lapangan kerja sudah selayaknya mendapat perhatian lebih. Bahkan patut menjadi prioritas masalah agar generasi muda percaya bahwa pemerintah peduli akan masa depan mereka.
Bagi masyarakat kebanyakan, ragam masalah yang sedang dihadapi pemerintah sebenarnya sudah cukup jelas. Paling utama adalah fakta bahwa kinerja perekonomian nasional sedang tidak baik-baik saja akibat ketidakpastian global. Dampaknya nyata dan dirasakan langsung oleh semua komunitas. Daya beli masyarakat atau konsumsi rumah tangga melemah. Banyak pabrik berhenti berproduksi. Akibatnya, banyak komunitas pekerja harus menerima keputusan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dari ringkasan masalah nyata ini, semua orang dengan sendirinya langsung paham bahwa prioritas masalah yang sedang dihadapi pemerintah adalah memburuknya situasi perekonomian. Maka, upaya yang patut diprioritaskan tentu saja kerja memulihkan kinerja perekonomian nasional dengan menghadirkan dan menawarkan inisiatif-inisiatif baru yang inovatif. Berpijak pada kebutuhan itu, tentu saja menjadi tidak bijaksana dan tak elok jika pemerintahan yang dipimpin Presiden Prabowo saat ini terus menerus diganggu dengan menghadirkan masalah yang tidak berkait dengan kebutuhan masyarakat kebanyakan.