Salah satu masalah utama yang menjadi keprihatinan bersama saat ini adalah fakta tentang jutaan orang muda atau usia angkatan kerja yang harus menyandang status pengangguran. Hari-hari ini, berbagai kalangan yang peduli masih membahas gelembung jumlah pengangguran itu. Data resmi tentang total pengangguran di Indonesia sudah sering dipaparkan dan terus berseliweran di ruang publik, baik data dari Badan Pusat Statistik (BPS), dari badan multilateral seperti Dana Monter Internasional (IMF), maupun perkiraan para ahli serta pengamat.
Jutaan keluarga pun prihatin karena putra-putri mereka yang telah menyelesaikan pendidikan tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Orang-orang muda aktif mencari informasi lowongan kerja, serta menulis dan mengirimkan surat lamaran kerja. Namun, jutaan dari mereka tidak mendapatkan apa yang dicari. Kisah tentang perjuangan orang-muda mencari lowongan pekerjaan sudah banyak dipublikasikan di berbagai platform media sosial.
Menurut BPS, jumlah pengangguran di Indonesia meningkat menjadi 7,28 juta orang per Februari 2025. Pada periode yang sama, total angkatan kerja bertambah 3,67 juta orang, menjadi 153,05 juta jiwa. Penambahan angkatan kerja baru melahirkan asumsi bahwa jumlah pengangguran pun terus bertambah. Tak hanya BPS, IMF pun memprediksi tingkat pengangguran Indonesia pada 2025 bisa mencapai 5 persen.
Maka, sudah menjadi kewajiban bersama untuk mencari jalan keluar dari fakta permasalahan ini. Orang muda Indonesia sangat berharap pada pemerintah. Di tengah ketidakpastian seperti sekarang, para pembantu presiden diharapkan terus berinovasi dengan mengkreasi kebijakan dan program yang solutif untuk mengurangi angka pengangguran. Dalam konteks ini, proposal Kementerian Pertanian sangat layak dicermati dan dijadikan contoh kasus.
Belum lama ini, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa kementeriannya telah menyusun strategi transformasi dan investasi sektor pertanian yang berdampak langsung pada masyarakat. Transformasi di sektor pertanian harus dimulai melalui hilirisasi. Dengan hilirisasi, akan terwujud nilai tambah produk, kesejahteraan petani, dan daya saing komoditas di pasar domestik maupun ekspor. Hilirisasi produk pertanian merupakan jalan tercepat bagi Indonesia mewujudkan kemandirian.
Hilirisasi sektor pertanian, menurut rancangan Kementan itu, butuh investasi Rp371 triliun. Investasi itu diyakini tidak akan sia-sia. Sebaliknya, hasil dari hilirisasi produk pertanian itu akan membukukan nilai penjualan hingga Rp9.000 triliun. Dan, tak kalah strategisnya adalah manfaatnya bagi angkatan kerja Indonesia. Sebab, hilirisasi sektor pertanian bisa menciptakan delapan juta lapangan kerja.