Betapa seringnya kita bicara tanpa pikir panjang, sekadar ingin didengar, atau ingin mengomentari… tanpa sadar sudah menyakiti.
Dikutip dari laman 156 Muslim Sukses Mulia, Kamis (10/7), Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin mengingatkan tentang bahaya lisan. Beliau berkata, “Kebanyakan dosa anak Adam berasal dari lisannya.”
Lidah tidak bertulang, tapi bisa menancap lebih dalam daripada pedang. Perkataan yang meremehkan, menggunjing, atau menyebar keburukan, bisa melukai hati orang lain—dan bisa jadi kita sudah melakukannya tanpa sadar. Sementara luka dari kata-kata seringkali lebih sulit sembuh.
Al-Ghazali mengajarkan agar kita membiasakan diam, merenung sebelum bicara, dan membiasakan lisan dengan dzikir serta kata-kata yang baik. Karena setiap huruf yang keluar akan dimintai pertanggungjawaban.
Lisan adalah cermin hati. Jika hati kita bersih dan penuh kasih, maka yang keluar dari mulut pun akan menyejukkan. Tapi jika hati dibiarkan penuh dengki dan sombong, maka lisannya akan jadi senjata yang melukai diri sendiri dan orang lain. (*)