Oleh: Prof. Isril Berd (Agrotek Universitas Gunadarma)
Menarik apa yang ditulis oleh DR. Agusli Taher pada rubrik Refleksi Harian Haluan edisi 17 Juli 2025 bahwa orientasi pertanian modern bertumpu pada upaya mempersiapkan bangsa-bangsa di dunia lebih mampu mengatasi krisis pangan yang terjadi di sebagian besar negara sehingga prahara kematian massal yang pernah terjadi diharapkan tidak terulang lagi, seperti di Ukraina yang menewaskan 25 persen penduduknya tahun 1932 dan 20 juta penduduk China tewas kelaparan pada tahun 1958–1961.
Barangkali ini pulalah agar nestapa kelaparan masa lalu itu jangan terulang lagi atau setidaknya Indonesia tidak kekurangan pangan tentu termasuk Sumatera Barat sendiri. Maka oleh karena itu kita patut apresiasi dan angkat topi dengan program Pertanian Pokok Murah (SPM), sebuah inovasi pertanian yang bertujuan untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan efisiensi, terutama pada tanaman padi. Inovasi ini dikembangkan di Sumatera Barat, dengan fokus pada penggunaan input produksi yang lebih murah dan mudah dijangkau, seperti pupuk organik lokal dan benih unggul yang adaptif.
SPM berupaya menekan biaya produksi dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida, serta efisiensi dalam pengolahan lahan. Pupuk organik lokal menjadi alternatif dari pupuk kimia yang lebih mahal, membantu mengurangi biaya dan lebih ramah lingkungan.
Benih unggul lokal yang adaptif yang dibina dipilih untuk mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan hasil panen. Sistem SPM mengurangi kebutuhan pengolahan lahan yang rumit, seperti pembajakan dan pencangkulan, serta memanfaatkan jerami sebagai mulsa untuk menghambat pertumbuhan gulma. Dengan biaya produksi yang lebih rendah dan efisiensi dalam pengelolaan lahan, petani diharapkan dapat meningkatkan hasil panen dan keuntungan mereka.
Dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida, SPM juga berkontribusi pada pertanian yang lebih ramah lingkungan. Secara keseluruhan, SPM adalah konsep pertanian yang bertujuan untuk menciptakan sistem pertanian yang lebih efisien, berkelanjutan, dan menguntungkan bagi petani, dengan fokus pada pengurangan biaya produksi dan peningkatan hasil panen.
SPM tentu sangat menarik oleh petani apalagi kalau memang bisa meningkatkan hasil panen mereka dan tidak menambah pekerjaan dalam menyiapkan lahan sawah untuk ditanam padi. Dan bila kita kaitkan dengan apa yang disampaikan dalam Padang Ekspres edisi Kamis, 3 Juli 2025 tentang Membedah Sawah Pokok Murah yang ditulis oleh Dr. Agusli Taher, mantan Direktur Balai Penelitian Pertanian Sukarami Sumatera Barat tersebut, kenapa tidak? Karena SPM merupakan teknologi yang amat fenomenal dari sisi proses rekayasa agroteknologi dan sosialisasinya, karena dari awal sudah viral dan makin diperbincangkan sejak field day di Bukittinggi tanggal 22 Juni 2025, yang dihadiri oleh Bupati Agam, Dirjen Tanaman Pangan, dan Ketua Komisi IV DPR, Titiek Soeharto. Fenomena sukses SPM ini makin menarik, karena yang paling bersemangat menyatakan SPM ini sebagai teknologi menjanjikan hebat adalah petani sendiri, suatu pernyataan yang viral di media sosial.