Bunga segar adalah salah satu komoditas yang bisa menjanjikan bagi masa depan Sumatera Barat karena daerah ini memiliki dataran tinggi yang luas.
Beberapa bulan lalu, saya mengunjungi Korea, Thailand, Cameron di Malaysia dan terakhir ke Provinsi Yunan di China. Kunjungan itu lebih banyak untuk melihat prospek bisnis bunga. Saya menyaksikan bahwa sebagian besar bunga-bunga yang ada disana juga ada di Sumatera Barat dengan kualitas rendah, karena hanya untuk mempercantik halaman rumah. Tapi di negara-negara tersebut sudah menjadi bisnis besar, seperti ditulis berseri di koran Haluan oleh Hasril Chaniago, seorang wartawan senior dan penulis banyak buku.
Dalam tulisan itu dijelaskan bahwa Provinsi Yunan, telah mempertegas posisinya sebagai Provinsi Bunga dan menjadi pemasok bunga nomor dua terbesar dunia saat ini. Mereka bisa menjual bunga dengan nilai 4,1 milyar rupiah setiap bulannya melalui lembaga lelang bunga yang sangat besar.
Soal penerbangan Singapura-Padang-Singapura ini sudah berulang-ulang hidup dan mati (on-off). Sebelumnya pernah ada pelayanan Silk Air, Garuda, Tiger dan sekarang Scoot. Karena itu, sepertinya kita tidak cukup hanya merasa senang dan cepat puas dengan hasil yang dicapai, karena ancaman penerbangan Scoot yang melayani rute Padang-Singapura bisa saja ditutup secara tiba-tiba, bila jumlah penumpang selalu sepi hingga menjadi tak layak dilihat dari aspek bisnis.
Menyikapi hal semacam ini, maka disamping langkah tadi, barangkali yang lebih ekstrim Pemda bisa mempromosikan besar-besaran dan terus menerus. Bahkan lebih ekstrim lagi adalah memberikan subsidi, seperti banyak dilakukan negara negara lain seperti Turki, Cina dan lainnya. Pengeluaran subsidi tentu saja tak dinikmati langsung sebagai pendapatan daerah, tapi dari kunjungan wisatawan yang dapat menggairahkan kehidupan hotel, restoran, objek wisata dan lain-lain. Kemudian Pemda mendapat uang dari pajak hotel, restoran, kafe dan pertokoan yang terus meningkat.
Tulisan ini bukanlah sebuah kritik atau sikap pesimis, melainkan untuk men-triger munculnya respon positif dan pemikiran yang lebih luas dan mendalam dari segala kalangan di Ranah Minang untuk kemajuan Sumbar.
Dr. H. Gamawan Fauzi, S.H, M.M.
Mendagri (2009-2014), Gubernur Sumbar (2005-2009), Bupati Solok (1995-2005).