Strategi Kebijakan ke Depan
Capaian Sumbar patut diapresiasi karena berada di atas rata-rata nasional. Namun, tantangan tetap besar, terutama dalam dua aspek, yaitu pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan digital untuk ekonomi produktif.
Pertama, pemerintah daerah perlu memperkuat program literasi digital berbasis komunitas dan kearifan lokal. Misalnya, pelatihan UMKM digital bisa difokuskan pada sektor kuliner Minangkabau, kerajinan tangan, dan pariwisata. Dengan memanfaatkan platform daring, produk lokal Sumbar dapat menembus pasar nasional bahkan internasional.
Kedua, perluasan ekosistem kerja digital menjadi agenda mendesak. Perguruan tinggi di Sumbar seperti Unand atau UNP dapat menjadi inkubator startup berbasis teknologi. Dengan dukungan pemerintah daerah, inkubasi ini bisa melahirkan talenta digital baru sekaligus menciptakan lapangan kerja di sektor teknologi.
Ketiga, integrasi riset dan inovasi digital harus diarahkan pada sektor unggulan Sumbar. Pertanian cerdas berbasis Internet of Things (IoT), promosi pariwisata berbasis digital, serta perdagangan daring lintas batas bisa menjadi fokus utama. Dengan begitu, teknologi digital tidak hanya dipakai sebagai alat komunikasi, tetapi juga menjadi penggerak utama ekonomi daerah.
IMDI 2025 memberikan cermin penting bagi Sumbar. Skor yang relatif tinggi dibandingkan nasional menunjukkan potensi besar yang bisa dimanfaatkan. Namun, tanpa strategi pemberdayaan masyarakat dan pemerataan antarwilayah, capaian digitalisasi Sumbar bisa terjebak pada “kemajuan parsial” yang hanya dinikmati daerah tertentu.
Jika Sumbar mampu mengintegrasikan infrastruktur, literasi, pemberdayaan, serta dunia kerja ke dalam ekosistem digital yang inklusif, provinsi ini berpeluang menjadi salah satu role model pembangunan masyarakat digital di Indonesia. Dengan langkah strategis yang tepat, Sumbar bukan hanya mengikuti arus transformasi digital nasional, tetapi juga tampil sebagai motor penggerak digitalisasi di kawasan barat Indonesia. (*)