Dalam teori pertumbuhan modern, sebagaimana dijelaskan oleh Robert Barro dan Paul Romer, kualitas manusia memang berperan dalam inovasi, tetapi inovasi tidak mungkin tumbuh tanpa sistem kelembagaan yang menjamin hak milik, kontrak, serta stabilitas ekonomi. Dengan kata lain, tanpa institusi yang mendorong efisiensi pasar dan menekan biaya ekonomi tinggi, pembangunan manusia hanya melahirkan sumber daya terdidik yang frustrasi karena tidak mendapat ruang untuk berproduksi.
Sumbar seharusnya belajar dari provinsi seperti Jawa Barat atau Kalimantan Timur. Meski IPM-nya tidak setinggi Sumbar, namun pertumbuhan ekonomi mereka jauh lebih tinggi karena memiliki infrastruktur fisik yang kuat, konektivitas logistik yang efisien, dan tata kelola investasi yang lebih terbuka.
Ketika kawasan industri tumbuh, ketika pelabuhan dan jalan tol memperlancar arus barang, ketika regulasi investasi dibuat sederhana, maka kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan akan mengikuti secara alami. Dalam konteks ini, pembangunan manusia baru benar-benar bermakna jika ia hidup dalam ruang ekonomi yang produktif dan berdaya saing.
Selain itu, perbandingan antarnegara juga menegaskan pentingnya keseimbangan tersebut. Negara-negara maju pada umumnya tidak pernah menempatkan pembangunan manusia sebagai satu-satunya orientasi. Mereka justru memadukan kebijakan peningkatan kualitas manusia dengan penguatan institusi, inovasi teknologi, dan efisiensi pasar.
Amerika Serikat, misalnya, tidak akan menjadi pusat inovasi dunia tanpa lembaga penelitian, sistem paten, dan budaya kompetisi ekonomi yang diciptakan oleh institusinya. Inggris tidak akan mencapai stabilitas ekonomi tinggi tanpa sistem hukum dan tata kelola publik yang kredibel. Sementara Jerman mampu mempertahankan posisi industrial yang kuat karena keberhasilan mengintegrasikan pendidikan vokasi dengan sistem manufaktur dan riset terapan yang efisien. Semua ini menunjukkan bahwa manusia memang penting, tetapi sistem yang menampung dan mengarahkan kemampuan manusia justru jauh lebih penting.
Oleh karena itu, dalam hemat saya, arah pembangunan Sumbar ke depan harus menyeimbangkan tiga pilar utama, manusia, institusi, dan fisik. Pendidikan dan kesehatan tetap penting, tetapi harus dibarengi dengan reformasi kelembagaan, deregulasi ekonomi, serta percepatan pembangunan infrastruktur strategis yang mampu menciptakan efek pengganda.










