Sewangi Aroma JKA di Tengah Nagari…!

Pinto Janir

Pinto Janir

Ia nan selalu gelisah bila melihat negerinya risau. Karena, spirit cinta kampung halaman itu pula yang mengarak langkah kakinya untuk meninggalkan ranah  yang ia cintai. Karatau madang di hulu, babuah babungo balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balun. Begitu tamat SMAN 2 Padang, ia kuliah. Ia hidup di perantauan dalam cita-cita dan ideologi membangun nagari.

John Kenedy Azis, sepintas namanya mirip Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy. Ia senator cerdas yang kemudian menjadi seorang pemimpin di negara adidaya.

John Kenedy Azis. Namanya memang berbau barat. Tapi ia murni berdarah Minangkabau. Kepiamanannya sangat kental. Di nadinya. Di darahnya. Di jantungnya. Di hatinya. Di jiwanya. Di raganya ! Adalah “di” yang menunjukkan tempat di mana rasa cintanya pada ini negeri, pada ini Ranah Bundo tak terukur. Seperti tak terukurnya isi hati. Debarnya adalah noktah rindu yang selalu berdebar pada “bumiku Minangkabau, langitku Indonesia”, bahkan dia sendiri tidak mau dipanggil Abang atau Uda, dengan sopannya JKA bilang “imbau Ambo Ajo, dek karana Ambo urang Piaman dan Ambo sangaik bangga manjadi urang Piaman”.

John Kenedy Azis, populer dengan akronim JKA berkata : “Nikmat usia itu adalah ketika mana diri kita, pikiran kita, gerakan kita, sikap kita, perbuatan kita, bermanfaat bagi orang banyak dalam harmonisasi alam yang hidup dengan kasih sayang dalam nyanyian nan selaras. Selaras alam!”.

Bila nama JKA terlafas sudah, maka gambaran yang terlukis di ruang massa adalah sosok yang senantiasa penuh kasih dan sayang. Kebahagiaan nan membathin baginya adalah ketika membantu orang banyak dalam jerat kesusahan. Dunia kebahagiaannya adalah memperlapang ruang yang sempit, memberi lancar jalan yang sulit.

“Hakikatnya, diri kita bagaikan pintu. Pintu itu jalan menuju ruang. Kita bagaikan, jendela. Jendela itu seperti; cakrawala. Maksudnya,jangan pernah menempatkan diri menjadi pelatuk perkara, api tempatkan diri menjadi jalan keluar dari sebuah persoalan. Kita adalah solusi, bagi kehidupan. Bukan konflik yang memperkarakan hidup!” ujar JKA dalam filsafat kehidupan.

Ia menekankan, maqom kehidupan. Tujuan hidup. Hakikat hidup, itu hanya satu. Yakni, untuk beribadah. “Jadikanlah tiap langkah kaki kita adalah jalan-jalan menuju kebajikan. Jalan-jalan yang mengarahkan kita pada kehidupan dunia dan akhirat !” ujar JKA nan santun pada yang lebih tua, yang sayang pada yang lebih muda dan yang saling hormat pada yang seusia.

JKAadalah tipikal pemikir dan pelaksana pikiran di ruang massa. Ia paling risau melihat derita dan kemiskinan merajalela. Ia paling gamang dan sedih bila keruntuhan moral menjadi “siksaan” di atas negeri. Ia , berkata, bila adat dan budaya tak lestari, ia adalah orang “pertama” yang merasa terpuruk dalam gilasan roda zaman yang menggila. “ Ada dan budaya serta tradisi harus kita lestarikan. Adat itu adalah salah salah satu identitas kita sebagai orang Minangkabau. Lenyap salah satu tradisi.Lenyap salah satu budaya. Lenyap salah satu identitas kita sebagai orang Minangkabau!”, kata JKA yang merasa sangat bahagia ketika Pemerintah menetapkan  UU No. 17 Tahun 2022 tentang Provinsi Sumatra Barat. “Salah satu poin dari Undang-undang itu adalah mengakui eksistensi kita orang Minangkabau dalam filosofi Adata Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah!”, ujar JKA yang sangat peduli ada pembangunan bidang pendidikan.

“Kita harus menjemput kembali kejayaanpendidikan di Minangkabau. Terutama pendidikan di Kabupaten Padangpariaman harus maju dan jaya. Anak-anak muda kita harus menjadi anak muda yang berakhkal mulia dan berketerampilan. Ya, anak-anak muda Ranah Minang harus menjadi anak muda masa depan dengan segala kemandirian atas berbagai keterampilan yang ia kuasai”, kata JKA yang melihat dunia pariwisata Sumatera Barat adalah dunia “emas” di ruang kesejahteraan kita.

“Terutama, dunia pariwisata Padangpariaman adalah dunia yang memberi lapang ruang perekonomian untuk masyarakat lebih baik. Ya, perlu totalitas dan keseriusan serta pikiran untuk memanfaatkan pesona alam yang indah menjadi sesuatu yang bernilai produktif penuh berkah”, ucap JKA nan ramah yang sangat peduli pada pembangunan pertanian serta kelautan.

“Lahan harus digarap. Lahan tak boleh kering. Bila kering, harus diperhitungkan tali irigasinya. Petani semestinya tak lagi identik  dengan kemiskinan. Nelayan tak lagi identik dengan kesengsaraaan. Dunia pertanian dan dunia kelautan harus kita bangun dengan pikiran dan gagasan yang bermanfaat. Hidup ini singkat, jangan biarkan usia dan “periode” kekuasaan terbuang percuma”, ujar JKA.

Ya, JKA anggota DPR-RI Daerah Pemilihan Sumatra Barat II.  Ia terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2014 – 2019 dan periode 2019 – 2024 dari Partai Golongan Karya (Golkar) melalui daerah pemilihan (dapil) Sumatra Barat II yang meliputi Padangpariaman, Agam, Lima Puluh Kota, Pasaman, Pasaman Barat, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh dan Kota Pariaman.

JKA SD dan SMP di Sungai Geringging Pariaman. Ia alumni SMAN 2 Padang. Ia menamatkan S1 di Fakultas Hukum Universitas Parahyangan dan S2 di Fakultas Hukum Trisakti, dan sekarang menempuh program Doktor S3 di Universitas Trisakti Jakarta.

Kini, nama JKA mekar di Padang Pariaman. Aroma namanya mewangi di Piaman nan laweh itu. Sejumlah ninik mamak, para pemuka masyarakat, tokoh-tokoh di kampung dan di rantau, meminta dan berharap JKA menjadi pemimpin masa depan Padangpariaman. Harapan orang banyak itu, dijawab JKA dengan senyum . Senyum nan secerah matahari pagi. Senyum nan secerah purnama. Dan senyum seindah bumi Padang Pariaman nan permai itu adalah senyum JKA untuk nagari yang lebih “terpola”. Untuk nagari yang lebih terbangun. Untuk nagari yang lebih bercita-bercita. Untuk nagari yang lebih nyaman dan sentosa.

“Kalau untuk kebaikan bagi umat dan alam semesta, kalau untuk menjadikan hidup lebih bermanfaat dan berguna, kalau semua itu muaranya adalah ibadah, maka itu adalah sepantun jalan jihad untuk umat!” ujar JKA yang berpantai melukai hati orang banyak. Ia tipikal, pahibo nan cerdas ! (Pinto Janir), suatu ketika Penulis bantanyo ka JKA, apo nan paliang sulik Ajo lakukan, JKA dengan seriusnya menjawab “manulak permintaan urang” itulah gambaran JKA. (*)

Catatan: Pinto Janir

Exit mobile version