Kini, nama JKA mekar di Padang Pariaman. Aroma namanya mewangi di Piaman nan laweh itu. Sejumlah ninik mamak, para pemuka masyarakat, tokoh-tokoh di kampung dan di rantau, meminta dan berharap JKA menjadi pemimpin masa depan Padangpariaman. Harapan orang banyak itu, dijawab JKA dengan senyum . Senyum nan secerah matahari pagi. Senyum nan secerah purnama. Dan senyum seindah bumi Padang Pariaman nan permai itu adalah senyum JKA untuk nagari yang lebih “terpola”. Untuk nagari yang lebih terbangun. Untuk nagari yang lebih bercita-bercita. Untuk nagari yang lebih nyaman dan sentosa.
“Kalau untuk kebaikan bagi umat dan alam semesta, kalau untuk menjadikan hidup lebih bermanfaat dan berguna, kalau semua itu muaranya adalah ibadah, maka itu adalah sepantun jalan jihad untuk umat!” ujar JKA yang berpantai melukai hati orang banyak. Ia tipikal, pahibo nan cerdas ! (Pinto Janir), suatu ketika Penulis bantanyo ka JKA, apo nan paliang sulik Ajo lakukan, JKA dengan seriusnya menjawab “manulak permintaan urang” itulah gambaran JKA. (*)
Catatan: Pinto Janir