Pemasar dan Pelanggan yang SATF

Heri Fitrianto (Praktisi dan Dosen Ekonomi Syariah)

Penulis : Heri Fitrianto (Praktisi dan Dosen Ekonomi Syariah)

Salah satu fungsi utama mengapa kegiatan pemasaran atau marketing dilakukan adalah untuk memberikan informasi tentang produk yang dijual perusahaan, untuk mempengaruhi keputusan membeli konsumen, dan untuk menciptakan nilai ekonomis suatu barang. Singkatnya, marketing berperan besar dalam meningkatkan minat calon konsumen untuk membeli dan akhirnya memiliki loyalitas yang tinggi pada produk Anda.

Pemasaran syariah merupakan sebuah aktivitas yang dimana proses baik proses penciptaan, proses penawaran, maupun proses perubahan nilai, tidak diperbolehkan adanya hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah yang Islami. Di samping istilah pemasaran / marketing syariah, ada juga beberapa pihak yang menyebutnya dengan marketing spiritual. Arti keduanya hampir mempunyai kesamaan, yang merupakan kegiatan pemasaran yang dilandasi oleh nilai-nilai spiritual atau nilai-nilai syariah

Peranan pemasaran syariah dapat meningkatkan kepercayaan pada konsumen dan meningkatkan kredibilitas merek pada produk, barang atau jasa. Pemahaman peranan pemasaran syariah pada pengusaha muslim di Indonesia juga semakin meningkat karena kebutuhan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM).

Menurut prinsip syariah, kegiatan pemasaran harus dilandasi semangat beribadah kepada Tuhan Sang Maha Pencipta, berusaha semaksimal mungkin untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk kepentingan golongan apalagi kepentingan sendiri

Mari kita coba melihat nilai-nilai pemasaran syariah.

Pemasaran syariah selalu mengikuti praktik Nabi Muhammad SAW yakni selalu menjelaskan kualitas atau produk yg dijualnya dengan jujur, jika mengalami ketidakcocokan maka Rasul mengajarkan bahwa pelanggan mempunyai hak khiyar, penetapan harga tidak boleh egois, harus mempertimbangkan kemampuan pembeli.

Pemasaran menurut Islam memiliki nilai dan karakteristik yang menarik. Pemasaran syari’ah meyakini perbuatan seseorang akan diminta pertanggung jawabannya kelak. Selain itu, pemasaran syariah mengutamakan nilai-nilai akhlak dan etika moral dalam pelaksanaannya. Jangan sampai kegiatan tersebut mengalami disorientasi dan cenderung mengejar keuntungan yang instan, maka terkadang kegiatan marketing yang mulia dan penuh etika itu berubah dengan kebodohan dan kezaliman.

Seyogyanya kita bisa menempatkan fungsi marketing (bisa juga dibaca bisnis) dengan nilai-nilai etika dan moralitas (akhlaqul karimah) sehingga terhindar dari penyimpangan-penyimpangan yang menggerogoti nilai dan keberkahan dari marketing itu sendiri.

Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian, dimana kita membaca, mendengar, melihat berita tentang investasi bodong, tipu-tipu bisnis, dan lain sebagainya. Menyimak uraian berbagai sumber di atas, kita perlu untuk selalu melakukan uji klinis baik sebagai marketer maupun sebagai konsumen atau pelanggan. Sehingga semakin bertindak logis jauh dari pragmatis dalam melakukan bisnis maupun sebagai konsumen atau pelanggan. Salah satu alat ujinya adalah dengan mengingat, memahami dan menerapkan sifat rasulullah baik sebagai marketer maupun sebagai pelanggan atau konsumen.

Karakter dan sifat Nabi Muhammad SAW dalam melakukan proses bisnis sungguh sangat mulia. Nabi Muhammad telah menunjukkan bagimana cara berbisnis yang berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran, dan sikap amanah sekaligus bisa tetap memperoleh keuntungan yang optimal. Dalam bisnis dan pemasarannya, Nabi Muhammad SAW selalu menjelaskan dengan baik kepada para pembelinya segala kelebihan dan kekurangan produk yang beliau jual. Jadi kejujuran merupakan hal yang utama dalam perniagaan yang dilakukakan oleh Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah SAW dikenal dengan kejujurannya termasuk dalam berdagang. Beliau tidak pernah mengurangi takaran pada dagangannya, malah menambahkannya agar pembeli senang dengan pelayanannya. Kelebihan dan kekurangan kondisi barang dagangannya pun selalu beliau katakan pada pembeli.

Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan dirinya sebagai pedagang yang argumentatif dan komunikatif. Sehingga banyak mitra bisnis dan pelanggan merasa senang berbisnis dengannya. Lebih dari itu, Nabi Muhammad SAW mampu memberi pemahaman kepada mereka perihal bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dalam berdagang, Nabi Muhammad sangat mengedepankan sikap jujur, ikhlas, dan profesional. Ia tidak pernah membohongi pembeli mengenai kondisi barang dagangan yang dijualnya. Bila ada produknya yang memiliki kelemahan atau cacat, maka tanpa ditanyakan nabi Muhammad langsung menyampaikannya dengan jujur dan benar, tak ada sedikitpun yang disembunyikan.

Sebagai customer juga jangan hanya terpikat oleh sebuah produk atau usaha, karena peran sosok marketer yang amanah, antara lain marketer yang mampu menyampaikan keunggulan-keunggulan produk dengan menarik dan tepat sasaran tanpa meninggalkan kejujuran dan kebenaran (transparency and fairness), mempunyai gagasan-gagasan segar dan mampu mengkomunikasikannya secara tepat dan mudah dipahami oleh siapapun yang mendengarkannya. Dengan begitu, pelanggan dapat dengan mudah memahami pesan bisnis yang ingin disampaikan.

Kecerdasan dan kebijaksanaan juga wajib dimiliki oleh marketer maupun konsumen atau pelanggan. Sebagai marketer mampu memahami, menghayati dan mengenal tugas dan tanggung jawab, tanggung jawab dunia, akhirat, sosial, bisnis serta pribadi dengan sangat baik, demikian juga disisi pelanggan atau konsumen. Cerdas dan bijaksana menghadapi persaingan yang tidak sehat; kotor, corrupted, complicated, chaos (kacau balau) dan sophisticated.

Jadi untuk menjaga keselamatan bisnis, baik peran sebagai pebisnis atau marketer maupun pelanggan atau konsumen, kita dapat mencoba kembali merenungkan, memahami dan menerapkan nilai-nilai Jujur (Shiddiq), Dapat dipercaya (Amanah), Argumentatif dan Komunikatif (Tabligh) serta Cerdas dan Bijaksana (Fathonah).

Terakhir, agar berbagilah dengan sedekat, infaq, zakat maupun wakaf, sehingga bisnis kita atau kegiatan kita sebagai marketer / pebisnis makin berkah, dan selaku pelanggan / konsumen akan diberikan petunjuk untuk terhindar dari keserakahan aktivitas bisnis yang tidak baik.  Menanamkan sifat-sifat Rasulullah SAW saat berbisnis, memasarkan, sebagai pelanggan maupun konsumen selain mendapatkan tujuan bisnis / konsumsi kita pun menyiarkan dakwah Islam yang tentunnya akan bermanfaat untuk bekal akhirat nanti. ***

Exit mobile version