Praktik Baik Kepedulian Sosial di Sekolah

Junaidi (Kepala SMP Negeri 5 Padang)

Kepala SMP Negeri 5 Padang, Junaidi

Oleh: Junaidi (Kepala SMP Negeri 5 Padang)

Beragamnya kemampuan ekonomi orang tua siswa adalah sebuah realita yang terjadi di sekolah. Ada yang berasal dari keluarga mampu, cukup mampu dan tentu juga ada yang kurang mampu dan perlu dibantu.

Di sekolah, penulis misalnya, dari 793 siswa yang terdata pada dapodik 2023, sebanyak 68% orang tua siswa menyatakan penghasilan mereka hanya di bawah Rp2 juta setiap bulan. Sedangkan 22% menyatakan penghasilan mereka dari Rp2 juta hingga Rp5 juta sebulan. Sementara 4% menyatakan penghasilan mereka antara Rp5 juta hingga Rp20 juta sebulan. Dan 6% di antaranya tidak memberikan jawaban.

Dengan adanya keragaman kemampuan ekonomi orang tua siswa, maka kondisi siswa datang ke sekolah setiap hari juga beragam. Ada yang datang dengan wajah ceria dan penuh semangat, namun ada juga yang datang dengan wajah sedikit lesu dan kurang bergairah. Ada yang membawa bekal makanan dan minuman yang cukup untuk belajar hingga sore karena full day, namun ada pula yang tidak ada sama sekali. Ada yang sudah sarapan dan ada juga yang belum. Ada yang punya uang jajan yang cukup, namun ada juga tidak punya uang sama sekali.

Dari sisi kehadiran, ada siswa yang selalu hadir dan datang tepat waktu karena selalu diantar ke sekolah oleh orang tua setiap pagi, namun ada juga yang datang terlambat karena harus membantu orang tua berjualan kue sebelum ke sekolah. Ada pula yang harus berjalan kaki hingga beberapa kilometer ke sekolah, sehingga sering terlambat. Dan ada pula yang harus dijemput setiap pagi oleh guru untuk pergi ke sekolah, karena tidak memiliki uang yang cukup untuk ongkos dan belanja di sekolah.

Keragaman kemampuan ekonomi orang tua siswa juga berdampak pada penampilan keseharian siswa di sekolah. Ada yang selalu berpakaian seragam yang rapi, lengkap, bersih dan sesuai aturan, namun ada juga yang berpakaian lusuh, tidak lengkap dan tidak sesuai aturan. Kondisi siswa belajar di ruang kelas juga beragam. Ada yang belajar dengan penuh semangat, namun ada juga yang loyo, lesu, suka mengantuk yang disebabkan, antara lain karena perut kosong dan belum berisi.

Bila dicermati lebih jauh, tidak hanya kemampuan ekonomi orang tua siswa yang beragam, namun juga kemampuan ekonomi guru dan pegawai. Ada guru yang sudah PNS yang sudah bergaji lumayan besar setiap bulannya, apalagi bila sudah pula menerima tunjangan profesi guru atau sertifikasi guru, namun ada pula guru dan pegawai honor yang gajinya hanya ratusan ribu hingga satu jutaan rupiah setiap bulannya. Ada guru dan pegawai PNS yang ketika hendak Lebaran menerima THR sebulan gaji dan bahkan juga ada gaji ke-14, namun ada juga guru dan pegawai honor yang hanya bisa mengurut dada, bersabar menghadapi nasibnya.

Perbedaan kemampuan ekonomi orang tua siswa dan guru yang penulis kemukakan di atas jelas cukup berdampak pada kesiapan belajar, proses belajar dan hasil serta prestasi belajar yang diraih siswa. Karena itu, sekolah tentu harus turut hadir memberikan solusi. Sekolah harus menyikapi dengan baik keragaman kemampuan ekonomi orang tua siswa dan guru dengan mengubah tantangan menjadi peluang, mengubah masalah menjadi solusi.

Praktik Baik Spenli Peduli  

Salah satu solusi dalam menyikapi keragaman kemampuan ekonomi orang tua siswa dan guru yang sudah dilakukan di sekolah penulis ialah, dengan membuat program gerakan kepedulian sosial yang kami beri nama dengan “Spenli Peduli” atau SMP Negeri 5 Padang peduli.

Gerakan spenli peduli ini dimaksudkan untuk membangun dan mewujudkan kepedulian terhadap sesama agar yang mampu membantu yang kurang mampu, yang kuat membantu yang lemah, yang berpunya membantu yang kurang berpunya.

Gerakan spenli peduli ini juga dimaksudkan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila sebagai bagian tak terpisahkan dari kurikulum merdeka yang sudah kami terapkan sejak tahun 2022. Sebagai sekolah penggerak, kami telah menerapkan kurikulum merdeka yang juga merupakan bagian tak terpisahkan dari program merdeka belajar.

Salah satu yang sangat menarik dari kurikulum merdeka yang sudah kami terapkan ialah adanya Profil Pelajar Pancasila, yang berisi sejumlah karakter dan kompetensi yang diambil dari nilai-nilai luhur Pancasila yang harus dimiliki siswa. Ada enam dimensi Profil Pelajar Pancasila yang harus dimiliki siswa, yaitu: 1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, 2) berkebinekaan global, 3) mandiri, 4) bergotong royong, 5) bernalar kritis, 6) kreatif.

Selain enam dimensi Profil Pelajar Pancasila, juga terdapat beberapa elemen yang menjadi turunannya. Pada dimensi bergotong royong misalnya, terdapat elemen peduli dan berbagi yang menuntut siswa untuk peduli dan berbagi terhadap sesama. Gerakan spenli peduli yang dilakukan di sekolah penulis merupakan upaya nyata untuk membumikan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila dalam kehidupan nyata.

Ada dua kegiatan utama yang sudah kami lakukan secara rutin melalui program gerakan spenli peduli. Pertama memberikan santunan kepada siswa kurang mampu, guru dan pegawai honor, serta warga masyarakat sekitar sekolah yang kurang mampu setiap bulan Ramadan. Kedua, memberikan sarapan pagi kepada siswa kurang mampu setiap hari Jumat melalui kegiatan Jumat barokah.

Pada Ramadan tahun ini, panitia berhasil mengumpulkan sumbangan gerakan spenli peduli sebesar enam puluh enam juta rupiah. Sumbangan tersebut sudah disalurkan pada Jumat (14/4/2023) kepada 126 siswa kurang mampu, masing-masing memperoleh Rp250.000, 24 guru dan pegawai honor yang ada di sekolah penulis masing-masing memperoleh satu juta rupiah, dan 50 warga sekitar sekolah kurang mampu masing-masing memperoleh paket sembako berupa beras, minyak goreng, gula, teh, sirup seharga Rp150.000. Total sumbangan yang dibagikan pada Ramadan 1444 Hijriah tahun ini ialah Rp63 juta. Sisa uang terkumpul akan digunakan untuk kegiatan Jumat barokah.

Dipilihnya bulan Ramadan untuk kegiatan pemberian santunan dari gerakan spenli peduli, agar semuanya merasakan kegembiraan menyambut Idulfitri. Selain itu, Ramadan juga bulan yang sangat baik untuk meningkatkan kepedulian sosial, menunjukkan solidaritas yang tinggi terhadap sesama. Apalagi di bulan Ramadan guru dan pegawai PNS juga menerima THR.

Sementara guru dan pegawai honor tidak ada sama sekali. Karena itu, kegiatan ini juga untuk berempati dan berbagi kepada guru dan pegawai honor, siswa kurang mampu, serta warga sekitar sekolah kurang mampu agar semuanya bergembira, merasa satu keluarga, senasib sepenanggungan, kompak, bersatu dan peduli yang semuanya itu akan berdampak pada kemajuan sekolah.

Dana untuk gerakan spenli peduli ini bersumber dari sumbangan sukarela yang berasal dari orang tua siswa yang mampu dan peduli, dari guru-guru dan pegawai PNS, dari alumni berbagai angkatan dan juga dari zakat koperasi (KPN) sekolah. Sumbangan dihimpun oleh pengurus OSIS bersama guru-guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah melalui sebuah surat keputusan. Selain mengumpulkan sumbangan secara langsung dengan menerima uang kontan, panitia juga membuka rekening spenli peduli, sehingga sumbangan juga bisa dikirim dengan cara transfer lewat rekening bank.

Gerakan spenli peduli dalam bentuk pemberian santunan Ramadan sudah terlaksana sejak lima tahun terakhir dan pemberian sarapan pagi kepada siswa kurang mampu setiap pagi Jumat melalui kegiatan Jumat barokah baru berlangsung sejak setahun belakangan. Bisa terlaksananya gerakan spenli peduli tersebut tentu berkat adanya kolaborasi dan sinergi yang baik antara sekolah, orang tua, alumni dan masyarakat.

Kami tentu berharap program ini bisa menjadi praktik baik yang bermanfaat dan turut menginspirasi sekolah lain. Harapan yang lebih tinggi, semoga nilai-nilai peduli dan berbagi yang menjadi bagian dari nilai-nilai Pancasila dan agama benar-benar membumi dan menjadi budaya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga! (*)

Exit mobile version