Berkunjung ke Museum Maritim Indonesia, Dari Deklarasi Djuanda Hingga Merger Pelindo Regional 2

Staf MMI Tj. Priok, Andi memaparkan sejarah pelabuhan dari Deklarasi Djuanda. YESI

Laporan : Yesi Deswita

MUSEUM Maritim Indonesia (MMI) yang berlokasi di Jl. Raya Pelabuhan No. 9 Tj. Priok Jakarta Utara menyajikan berbagai pajangan dan informasi seputar sejarah pelabuhan di Indonesia.

Tempo hari, tepatnya Kamis (31/8/23) awak Haluan dari Padang berkesempatan mengunjungi langsung Museum itu. Beragam benda bersejarah seperti kapal, lukisan, perkakas kuno, maket pelabuhan hingga benda-benda lain yang berhubungan dengan dunia kemaritiman tersusun epik dari suatu sudut ruangan ke ruangan lainnya.

Menapaki pintu masuk, awak Haluan dibuat terpukau dengan desain gedung yang estetik. Hawa sejuk langsung menyambut ditengah suasana Tj. Priok yang panas dan keras.

Berlantaikan kaca kotak-kotak mewah, yang bagian bawahnya ada lantai asli berwarna abu-abu berbintik seperti pasir di laut. Sensasi seakan tak ada pijakan, terasa saat melangkah di lantai kaca itu menuju sudut ruangan di sebelah kiri.

Sesampainya di sudut ruangan sebelah kiri yang berjarak sekitar sepelemparan batu dari pintu masuk, awak Haluan mendengar paparan dari Staf Museum Maritim Indonesia (MMI) Tj. Priok, Andi terkait Deklarasi Djuanda sebagai awal Teritorial Perairan Indonesia. 

Dijelaskannya, Deklarasi Djuanda yang dicetuskan  13 Desember 1957 membuat batas teritorial Indonesia makin jelas. Karena batas komitmen laut Indonesia yang sebelumnya 3 mil batas air terendah diubah menjadi 12 mil dari batas pulau terluar.

“Deklarasi Djuanda intinya mengikat wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Mianas sampai Pulau Rote adalah punya kita, laut kita semua. Sehingga tidak boleh adalagi adanya kapal asing yang melintas secara bebas,” ujar Andi. 

Andi menjelaskan tahun 1963, aturan tersebut masih belum dijalankan sepenuhnya. Sehingga masih banyak lalu lintas kapal asing di wilayah Indonesia.

“Tahun 80-an mulai berlaku sepenuhnya. Terakhir pada masa Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Ibu Susi Pudjiastuti mulai diberlakukan sanksi seperti kapal asing yang masuk secara ilegal di Indonesia akan ditenggelamkan,” tuturnya.

Indonesia, sambungnya, bersikeras memperjuangkan Deklarasi Djuanda di forum internasional saat itu. Tujuannya ialah karena Indonesia perlu melindungi wilayah lautan (perairan) Indonesia, karena lautan termasuk dalam satu kesatuan wilayah negara.

“Jika tidak ada deklarasi Djuanda wilayah perairan indonesia sangat terbatas, hanya 3 mil laut dari garis pantai,” katanya. 

Penetapan Deklarasi Djuanda ini diperlukan untuk memperluas zona kelautan Indonesia. Batas 3 mil dari daratan menyebabkan adanya laut-laut bebas yang memisahkan pulau-pulau di Indonesia.

Deklarasi ini memiliki sejarah yang signifikan dan isi yang mencakup pengakuan terhadap negara kepulauan Indonesia, penegasan tentang kesatuan kepulauan Nusantara, serta tujuan untuk mewujudkan wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh. Isi deklarasi ini berpengaruh dalam kebijakan dan keamanan laut Indonesia.

Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis 13 Desember 1957, terdiri dari beberapa poin. 

Pertama, bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak tersendiri. Kedua, bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan. Ketiga, ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah Indonesia.

Bergerak ke sisi selanjutnya di Gedung Museum Maritim Indonesia, awak Haluan menuju maket pelabuhan-pelabuhan besar, seperti Pelabuhan Belawan, Teluk Bayur, Sunda Kelapa dan masih banyak lagi. 

Lebih lanjut Andi menjelaskan, jika di Pelabuhan Belawan dulunya terkenal dengan Tembakau Deli nya yang sampai di ekspor ribuan ton ke Eropa. Sedangkan Pelabuhan Teluk Bayur terkenal dengan kualitas batu bara terbaik ke empat saat itu.

“Jadi tambang batu baranya berada di Sawahlunto. Dari Sawahlunto ke Teluk Bayur itu jauh, kurang lebih 40 km lah. Dan terkenallah kereta api namanya Mak Itam dari Sawahlunto ke Teluk Bayur sampai menembus tebing, gunung. Sekarang adanya di Ambarawa,” ucapnya. 

Pelabuhan Teluk Bayur awalnya juga memiliki nama lain yakni Emmahaven. Pemberian nama itu menghormati Ratu Belanda namanya Emma.

Kini Pelabuhan Teluk Bayur sudah sangat pesat perkembangannya. Potensinya menjadi sentral pelabuhan internasional di Sumatera juga semakin dilirik.

Dari wawancara terpisah Haluan, Junior Manager Komersial PT Pelindo Regional 2 Teluk Bayur, Ribut Heru Santoso mengatakan transformasi Teluk Bayur terus ditingkatkan.

“Yang dulunya dermaga kayu, kini telah berganti ke dermaga beton. Selain itu juga didukung berbagai alat-alat yang canggih sehingga memenuhi standar pelabuhan internasional,” tuturnya. 

Sejalan dengan itu, Supervisi Pengendalian PT  Pelindo, Agus Purnomo menambahkan waktu yang dibutuhkan untuk bongkar muat barang (dwelling time) dari kapal datang, ikat tali sampai lepas tali juga semakin cepat.

“Sekarang dwelling time di  2.5 sampai 3 hari. Dulu sebelum punya alat-alat bisa 5-7 hari. Artinya semakin cepat kegiatan bongkar muat, kapal bisa segera pergi lagi. Cost (biaya) nya bisa diminimalisir. Kapal juga tidak lama tertahan di pelabuhan lebih cepat untuk beraktivitas kembali,” ujarnya kepada Haluan.

Tansformasi ini akhirnya juga berujung pada peningkatan kinerja operasional Pelindo terlebih pascamerger 2 tahun belakang.

Regional Division Head Komersial, Budi Prasetio memaparkan kinerja operasional Pelindo Regional 2 sampai dengan Juli 2023.

Mulai dari passanger traffic (arus penumpang), vessel traffic (arus kapal), non container traffic (arus barang) dan container traffic (arus petikemas).

“Peningkatan yang drastis terjadi pada passanger traffic (arus penumpang) yang mencapai 685 ribu penumpang atau tumbuh sebesar 41,9 persen dari periode yang sama tahun 2022 sebanyak 483 ribu penumpang. Pada tahun 2021 sampai dengan Juli 2021 sebanyak 212 ribu penumpang,” ujar Budi. 

Sementara khusus vessel traffic (arus kapal) sampai dengan Juli 2023 sudah mencapai 178,2 juta GT atau menigkat sebesar 12,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022 yaitu 157,9 juta GT sedangkan pada periode yang sama tahun 2021 sebesar 154,2 juta GT.

Selanjutnya, kinerja non container traffic (arus barang) telah mencapai 29,2 juta Ton atau tumbuh sebesar 1,4 persen dari periode yang sama tahun 2022 sebesar 28,8 juta Ton.

Kemudian untuk container traffic (arus petikemas) hingga Juli 2023 mengalami penurunan sebesar 1,4 persen dari tahun lalu dengan capaian 4,56 Teus akan tetapi capaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar 4,38 Teus.

Budi menambahkan Pelindo Regional 2 memiliki 12 Cabang Pelabuhan.

“12 cabang tersebut tersebar di Indonesia Bagian Barat, mulai dari Pulau Sumatera yaitu Pelabuhan Teluk Bayur, Pelabuhan Jambi, Pelabuhan Bengkulu, Pelabuhan Palembang, Pelabuhan Panjang, Pelabuhan Pangkal Balam dan Pelabuhan Tanjung Pandan,” ujarnya.

Kemudian di Pulau Kalimantan, ada 1 Pelabuhan yang berada di Provinsi Kalimantan Barat yaitu Pelabuhan Pontianak.

“Dan di Pulau Jawa sendiri kita memiliki 4 cabang pelabuhan yaitu Pelabuhan Banten, Pelabuhan Sunda Kelapa, Pelabuhan Cirebon dan Pelabuhan Tanjung Priok yang termasuk kedalam 5 Pelabuhan terbesar di Asia Tenggara,” tuturnya.

Pasca penggabungan, Pelindo saat ini memiliki 4 Regional dan 4 Subholding. Dimana Regional dan Subholding memiliki perannya masing-masing.

“Regional berperan sebagai arsitek strategis dan pemilik konsesi yang bertugas mendorong grup strategi dan mengelola portofolio keseluruhan, mengawasi pelaksanaan bisnis seluruh grup, mengatur komunikasi dengan para pemangku kepentingan di tingkat nasional. Sedangkan Subholding bertugas menghasilkan pendapatan melalui kegiatan pengoperasian bisnis Pelabuhan, mendorong pelaksanaan operasional dan pelayanan yang lebih baik, dan mengatur kebijakan layanan pelabuhan,” ucapnya.

Budi menambahkan Regional 2 tidak hanya fokus dalam menjalankan bisnis namun juga menjalankan kewajiban sebagai perusahaan perseroan dengan menjalankan program tanggung jawab sosial dan lingkungan. 

Senada dengan itu, dari bincang-bincang ringan Haluan dengan General Manager PT. Pelabuhan Indonesia Regional 2 Teluk Bayur, Capt. Medi Kusmana, menyebut, pasca Merger Pelindo akan terus bertransformasi dan berkolaborasi semakin baik kedepannya. (*)

Exit mobile version