Akhir tahun 2023 telah meninggalkan kenangan yang mendalam bagi masyarakat Sumatera Barat, terutama di sekitar Gunung Marapi, seperti wilayah Tanah Datar, Padang Panjang. Agam, Bukittinggi, dan daerah terdampak lainnya.
Erupsi Gunung Marapi tidak hanya menyebabkan pelepasan asap, tetapi juga menelan korban jiwa di antara mereka yang sedang melakukan pendakian. Tragedi ini menyisakan luka mendalam bagi keluarga dan masyarakat di wilayah Minangkabau.
Erupsi Gunung Marapi terus berlangsung hingga bulan Januari 2024, ketika saya merencanakan kunjungan ke SMA saya yang terletak di Padang Panjang, berdekatan dengan kaki Gunung Marapi.
Pada waktu itu, kabut asap masih menyelimuti hijaunya dedaunan di sekitar Padang Panjang.Penulis berangkat dari Kabupaten Dharmasraya, salah satu daerah di Sumatera Barat, yang terletak sekitar 120 km atau sekitar 5 jam perjalanan dengan sepeda motor menuju Kota Padang Panjang.
Perjalanan dimulai dari rumah pada pukul 08.00 WIB. Waktu itu cuaca masih cerah, meskipun musim hujan telah tiba. Untuk mengantisipasi hujan di tengah perjalanan, penulis menyiapkan mantel hujan.
Saat itu, penulis melakukan perjalanan sendirian, yang membuat orang tua sedikit khawatir karena jarak yang cukup jauh. Namun, dengan persiapan yang matang seperti memakai helm, membawa SIM, dan jaket lengkap, orang tua penulis akhirnya mengizinkan perjalanan dengan pikiran yang tenang.
Perjalanan penulis dimulai dengan semangat untuk bertemu kembali dengan teman- teman dekat dari masa SMA. Selama perjalanan, penulis menikmati keindahan pemandangan pepohonan dan sawah yang tersebar di sepanjang jalan lintas Sumatera.
Mengingat masih musim hujan, risiko bencana longsor cukup tinggi di beberapa wilayah Sumatera Barat, terutama di Kabupaten Dharmasraya dan Sijunjung. Meskipun penulis merasa khawatir saat melihat bekas-bekas longsor di sepanjang jalan, penulis mempercepat laju motor saat melewati area tersebut.
Setelah melewati Kabupaten Sijunjung, perjalanan penulis melintasi Kota Sawahlunto, salah satu kota yang harus dilewati menuju Kota Padang Panjang. Namun, saat memasuki kota tersebut, penulis menyadari bahwa bensin motornya hampir habis dan pom bensin terdekat masih cukup jauh dari lokasi penulis.
Akhirnya penulis mencari penjual bensin botolan di pinggir jalan yang tidak jauh dari lokasi tersebut. Setelah bensin motor aman, penulis kembali melanjutkan perjalanan hingga melewati Kota Sawahlunto.
Perjalanan pun memasuki Kota Solok yang terkenal akan penghasil beras. yang bagus dan telah terjual di skala nasional bahkan internasional. Di Kota Solok, penulis menghentikan perjalanan sejenak untuk beristirahat merenggangkan pinggang yang pegal akibat duduk berjam-jam di atas sepeda motor.
Ketika istirahat penulis bercengkrama dengan pengendara lainnya yang sedang beristirahat, pengendara tersebut bertanya kepada penulis hendak kemana dan menanyakan asal dari penulis.
Kemudian penulis menjawab pertanyaan tersebut dengan santai dan bertanya balik kepada pengendara itu. Setelah berbicara dan beristirahat penulis kembali bersiap dan melanjutkan perjalanannya menuju Kota Padang panjang.
Setelah melewati Kota Solok, selanjutnya memasuki Kabupaten Solok yang dimana terdapat salah satu dananu terekanal di Sumatera Barat yaitu Danau Singkarak. Sebagai informasi Danau Singkarak ini terbagi atas dua wilayah yaitu setengahnya Kabupaten Solok dan Setengahnya lagi wilayah Kabupaten Tanah Datar.
Saat memasuki wilayah Kabupaten Solok yang terdapat Danau Singkarak, penulis menemukan pemandangan persawahan yang indah dan luas sebelum memasuki danau tersebut. Selanjutnya penulis memasuki kawasan Danau Singkarak pukul 11.30 WIB, yang mana cuaca sangat panas.
Untuk melihat keindahan danau tersebut penulis memutuskan untuk berhenti dan mencari warung kecil di pinggir Danau Singkarak. Penulis berhenti disalah satu warung lontong sayur disana penulis memesan 1 porsi lontong sayur, mie goreng, dan aneka gorengan.
Karena mie gorengnya sedang habis penjual mengambil stok terlebih dahulu ke warung tetangga untuk dibuatkan pesanan. Disaat menunggu pembuatan makanan tersebut penulis menikmati indahnya danau singkarak sembari live streaning di akun instagram.
Tidak lama setelah itu pesanan dari penulis datang dan penulis memakannnya sembari ditemani keheningan Danau Singkarak.Setelah beristirahat di pinggir danau, penulis melanjutkan perjalanan ketujuannya.
Setelah melewati wilayah danau tersebut, penulis akan masuk ke wilayah yang terdampak erupsi Gunung Marapi yaitu Kabupaten Tanah Datar menuju Kota Padang Panjang.
Oleh karenanya penulis berhenti untuk membeli masker. Terlihat disepanjang perjalanan menuju Kota Padang Panjang dedaunan sudah tidak sehijau biasanya.
Kabut asap menyelimuti pepohonan, kaca, dan atap rumah warga. Hampir dari semua warga menggunakan masker karena memang kabut asap yang tebal mencemari lingkungan mereka.
Saat penulis melihat kearah gunung, penulis tidak melihat Gunung Marapi karena tertutup oleh kabut asap yang tebal. Tidak lama kemudian penulis sampai ke tujuannya yaitu kampus SMA tempat penulis bersekolah.
Setibanya di Kota Padang Panjang penulis ingin mengingat kembali masa-masa saat di SMA. Sehingganya sebelum melaksanakan kegitan di SMA penulis berkeliling di Kota Padang Panjang.
Selama perjalanan mengelilingi kota tersebut, penulis melihat kota tersebut seperti kota bekas letusan gunung berapi. Hampir disetiap sudut kota terlihat sepi karena masyarakat memilih untuk berdiam di dalam rumah dibandingkan berkeliaran diluar karena pencemaran udara akibat letusan Gunung Marapi.
Penulis tiba di Kota Padang Panjang sekitar pukul 12.30 WIB, sehingganya penulis mencari masjid atau musholla untuk melaksanakan ibadah. Akhirnya penulis menemukan masjid dan melaksanakan solat zuhur, pada saat berehenti solat, penulis bercengkrama dengan penduduk lokal dan bertanya akan insiden letusan gunung berapi beberapa waktu lalu.
Pada percakapan tersebut penulis mendapatkan beberapa informasi mengenai letusan Gunung Marapi tersebut. Penduduk lokal menyampaikan cerita bahwasanya hampir setiap malam mereka merasa tidak tenang atau ketakutan karena suara gemuruh yang selalu terdengar dari arah Gunung Marapi.
Selain itu juga penduduk sudah mulai mengurangi aktifitas mereka diluar ruangan seperti berladang dan bersawah karena cuaca yang tidak bersahabat.
Namun walaupun keadaan seperti itu, masyarakat kadangkali acap memaksakan diri untuk mendapatkan penghasilan dalam menukupi kebutuhan hidup sehari hari.Setelah bercerita dengan penduduk local, akhirnya penulis bersiap untuk melaksanakan kegiatan di SMA nya dan berpamitan dengan penduduk. (*)