“Aua jo tabiang sanda-manyanda” merupakan sebuah diksi kearifan lokal dari leluhur etnik Minangkabau. Sebuah filosofi dari sudut kerangka etnosain yang kental sekali. Meskipun masyarakat Minang sudah paham akan fungsi batu bisa digunakan untuk mamarik banda, akan tetapi masyarakat Minang telah sejak dulu kala belajar lama dengan fenomena alam. Mereka tahu bahwa batu tersebut bisa juga roboh, sementara mereka juga tahu bahwa aua jo tabiang sanda-manyanda, saling memperkuat dan saling berkolaborasi, sehingga sinergi tanaman bambu dengan tebing itu, hampir tidak mengenal sama sekali kata roboh dan terban.
Bencana banjir dan longsor yang sering terjadi disinyalir karena tanah yang kurang stabil. Metode betonisasi seperti yang sering digunakan tidak cukup efektif dalam proses penstabilan tanah. Oleh karena itu, tanaman bambu sangat efektif dalam membuat susunan struktur tanah menjadi kuat untuk mencegah longsor dan guna menyerap air bila diterapkan di sekitar aliran sungai yang terdapat lereng-lereng yang curam dan di pinggir jalan yang banyak melewati daerah yang berlereng terjal. Di mana di Sumatera Barat ini ada terdapat lebih kurang 19 titik jalan negara maupun jalan provinsi terancam longsor, di antaranya jalan di Lembah Anai, Sitinjau Laut, Lubuk Selasih, Muaro Kalaban, Malalak, Palupuh, Talu, dan seterusnya.
Dapat diketahui bahwa jenis longsor ini bisa mencakup seluruh bentuk longsor yang terjadi baik di daerah tropis maupun di daerah subtropis yang mempunyai kondisi iklim yang berbeda. Secara umum longsor dikelompokkan menjadi beberapa tipe longsor, yaitu jatuhan, rubuhan, gelinciran, sebaran lateral, dan aliran. Longsor terjadi juga disebabkan oleh faktor karakteristik tanah dan karakteristik lahan. Faktor karakteristik yang terkait adalah ketebalan solum tanah, kandungan bahan organik tanah, tekstur tanah, struktur tanah, bobot isi tanah, dan permeabilitas tanah. Karakteristik lahan mencakup jumlah curah hujan, kemiringan dan panjang lereng, singkapan batuan, kedalaman muka air tanah, serta jenis penggunaan lahan. Ketebalan dan kedalaman solum tanah dapat menentukan terjadinya longsor karena kedalaman solum tanah berhubungan dengan kemampuan tanah untuk dapat menyimpan air.
Tanah longsor adalah fenomena alam yang terjadi ketika lapisan tanah dan bebatuan bergerak atau runtuh secara tiba-tiba. Meskipun disebut sebagai fenomena alam, penyebab terjadinya tanah longsor tidak hanya dari alam saja. Justru tanah longsor termasuk kejadian yang melibatkan interaksi kompleks antara faktor alam dan manusia. Salah satu faktor alam yang dimaksudkan ialah curah hujan yang tinggi. Apabila suatu daerah memiliki curah hujan yang sangat tinggi maka kemungkinan besar tanah menjadi jenuh air dan menyebabkan kehilangan kekuatan untuk mempertahankan stabilitasnya. Selain itu, jenis tanah juga memainkan peran penting. Tanah yang memiliki struktur longgar atau kandungan lempung yang tinggi cenderung lebih rentan terhadap erosi dan pergerakan massa tanah. Kemudian, topografi tanah juga berpengaruh, seperti lereng yang curam cenderung memicu pergerakan tanah lebih cepat.
Ketika berbicara tentang keamanan lingkungan, salah satu hal yang sering terlupakan adalah potensi bahaya longsor. Namun tidak perlu khawatir, karena ada cara alami yang dapat membantu mencegah dan mengurangi risiko longsor. Meskipun biasanya tanaman digunakan untuk keperluan estetika, juga memiliki peranan yang penting dalam menjaga kestabilan tanah.
Ketika menghadapi risiko longsor, melakukan pencegahan yang tepat sangat penting dilakukan. Misalnya dengan bangunan check dam dan sabo dam. Pembuatan sabo dam merupakan upaya yang strategis dalam mencegah terjadinya longsor dan banjir bandang. Namun pencegahan seperti ini belum cukup, dan harus diikuti dengan upaya teknologi vegetatif, yaitu penggunaan tanaman penahan longsor dan aliran air dengan volume besar dan bermuatan sedimen dan material kasar lainnya. Karena ternyata pada saat terjadinya banjir bandang lahar dingin tanggal 11 Mei 2024 yang lalu ada sabo dam yang berantakan hancur dilanda galodo lahar dingin di Sungai Jambu yang berada di kawasan kaki lereng GUNUNG Marapi tersebut. Jadi, pembuatan sabo dam perlu ada penguatan konstruksinya dan dukungan penyangga untuk menjinakkan aliran banjir bandang dengan teknologi vegetatif.
Penanaman tanaman bambu (Bambusoideae) dan banyak jenisnya seperti bambu betung (Dendrocalamus asper), bambu kuning (Bambusa vulgaris), bambu tali (Gigantochloa robusta), dan lain-lain bisa menjadi solusi alami yang juga efektif untuk menopang upaya pembangunan sabo dam dan check dam yang kini direncanakan untuk kawasan seputar Gunung Marapi ada sebanyak 56 unit. Jadi bangunan sabo dam seharusnya juga diikuti penanaman bambu di sekitar kawasan sabo dam yang tepat dan strategis tentunya. Karena tanaman bambu termasuk alternatif yang efektif dalam mencegah longsor. Karena akarnya banyak dan kuat serta pertumbuhannya yang meluas membantu menjaga stabilitas tanah di lereng atau lahan yang rentan terancam longsor dan banjir bandang atau galodo tersebut.
Penanaman bambu untuk bersinergi dengan teknik pembetonan lebih baik dilakukan di sepanjang sempadan-sempadan sungai. Pembetonan diperlukan untuk membuat stabilnya tanah secara kinetik, bahwa pembetonan itu justru malah berimbas kepada kawasan sempadan sungai tidak bisa menahan erosi ketika aliran air datang. Dan yang lebih fatal, struktur beton akan menghilangkan sumber mata air di sepanjang tepian atau sekitar bantaran sungai.
Seperti penanaman pada kontur lereng ditanam bambu berjajar rapi, ditanam di pinggir lereng jalan ataupun dipinggir jurang sekalipun tentu dengan jenis tamban bambu yang tumbuh rendah agar tidak menghambat pemandangan. Seperti di Lembah Anai, jenis tanaman bambu yang tinggi besar ditanam mengarah ke kaki bukit atau ke kaki lereng dan bambu ukuran kecil seperti tanaman bambu kuning di lereng menghadap aliran sungai. Begitu juga misalnya penanaman bambu di jalur jalan menuju Pantai Air Manis atau jalan menuju kawasan wisata Mandeh, maka teknis penanaman bambu untuk mitigasi longsor tentu menanam bambu jenis pohon besar dan tinggi ditanam pada lereng bukit, sedang penanaman bambu ukuran kecil seperti bambu kuning ditanam arah pinggir yang mengarah ke laut sehingga tidak menutup pemandangan ke arah laut tersebut.
Alangkah nyamannya kita memandang di Lembah Anai kalau nanti ada tanaman bambu yang tampilan bentuk tumbuhnya tanaman bambu estetik yang menarik indah ada tanaman bambu yang ukuran rendah, ada yang menengah ada pohonnya yang tinggi bisa setinggi 30 meter lebih dan memiliki warna hijau muda dan hijau tua dan ada pula yang berwarna kuning menarik menampilkan keindahan alami yang alami estetis.
Meskipun biasanya tanaman bambu digunakan untuk keperluan estetika, tetapi beberapa tanaman ini juga memiliki peranan yang penting dalam menjaga kestabilan tanah. Menggunakan tanaman penahan longsor di lingkungan lahan pertanian, kebun, bantaran sungai, tebing jalan ,dan kawasan permukiman yang memiliki topografi yang tidak datar atau berlereng. Tentu saja tanaman bambu penahan longsor ini hanya bisa berfungsi saat tumbuh dengan baik melalui pemeliharaan yang baik pula.
Tanaman bambu ini baik dalam menyerap air karena sifatnya yang kapiler dan dapat menampung air, sehingga pada musim kemarau, air yang telah diserap dapat mengalir ke bawah tanah dan akan meningkatkan kandungan air di sekitar zona perakaran tanaman bambu, dan juga tanaman bambu memiliki akar serabut yang banyak panjang dan kompak dapat mengikat permukaan tanah, sehingga risiko erosi dan longsor bisa berkurang. Tanaman bambu memiliki beberapa manfaat, yaitu selain untuk mengurangi banjir dan longsor, tanaman bambu juga adalah tanaman yang mampu mengkonservasi air.
Dan tentu saja semua fenomena longsor tersebut di manapun, baik di Sumatera Barat maupun di berbagai wilayah di Indonesia bisa dimitigasi dengan berbagai upaya teknologi konservasi teknologi mekanis dan teknologi vegetatif seperti penanaman tanaman bambu tersebut. Sangat bijak mencegah sebelum terjadi ancaman longsor yang bisa mengorbankan harta benda dan mungkin juga merenggut nyawa nestapa. Semoga. (*)