Menurut Febriadi, bisnis homestay ke depan sangat menjanjikan mengingat Sumbar sebagai daerah tujuan wisata.
“Pada liburan Idulfitri tahun ini, sekitar 1,8 juta perantau dan wisatawan berkunjung ke Ranah Minang. Otomatis hotel penuh semua. Jika hotel penuh tentu homestay sangat diperlukan, apalagi di kawasan desa wisata,” katanya.
Febriadi menuturkan, di kawasan desa wisata pada umumnya banyak rumah ditinggal penghuninya atau anggota keluarga berkurang karena merantau, dan ini merupakan peluang bagi pemilik rumah untuk menyulap mereka sebagai homestay, seperti yang dilakukan masyarakat di desa wisata Kubu Gadang, Padang Panjang.
Kementerian Pariwisata, katanya, menjelaskan bahwa kriteria dalam menentukan desa yang akan dijadikan desa wisata adalah memiliki potensi wisata yang dapat dimanfaatkan sebagai atraksi wisata, memiliki aksesibilitas dan sudah memiliki aktivitas wisata atau berada dekat dengan aktivitas wisata yang sudah ada dan terkenal.
Febriadi juga menyebutkan, kegiatan pelatihan tersebut merupakan salah satu kegiatan salah satu upaya dalam peningkatan dan pengembangan Sumber Daya Pariwisata (SDP) khususnya dalam peningkatan kualitas layanan.
Lebih lanjut Febriadi mengatakan, Sumbar yang dikenal kaya dengan berbagai potensi industri pariwisata, diharapkan terus mampu menarik minat para wisatawan untuk datang berkunjung, sehingga nantinya mampu mendukung pengembangan pariwisata berbasis desa untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. (*)