Lebih jauh Sari Lenggogeni mengatakan, keberadaan industri halal itu juga dalam upaya menciptakan ekonomi yang inklusif. Nah, sejauh ini ada lima negara yang konsen pada industri halal di dunia, dimana semuanya diundang menghadiri WIES di Sumbar. Pasalnya, WIES selain expo juga diharapkan menjadi forum investasi dan perdagangan antar pelaku usaha.
“Hampir 10 negara yang akan hadir di WIES Summit di Sumbar. Merekalah yang akan jadi trading dan pembeli dari produk kita nantinya, ada Jepang, Vietnam, Malaysia, Chili, Thailand dan lainnya,” ujarnya.
Harapan terjadinya transaksi bisnis di ajang WIES, kata Sari, akan dilakoni oleh ASITA. Maka pihak ASITA lah yang akan mengawal dari transaksi bisnis selama WIES. Dengan begitu bisa diharapkan adanya value dari nilai perdagangan yang terjadi, mengingat akan banyaknya hadir pemodal-pemodal dan bayers dari produk ekonomi kreatif yang ditampilkan selama WIES berlangsung.
“Penyelenggara WIES merupakan kolaborasi Kemenparekraf, BPPD dan Dinas Pariwisata Sumbar. Harapannya Sumbar menjadi pusatnya produk halalnya di Indonesia,” ucapnya.
WIES mengakui bahwa teknologi digital memiliki potensi untuk menyamakan kedudukan dan memberikan peluang bahkan bagi individu yang paling terpinggirkan. Untuk itu, Sari mengundang semua pelaku bisnis untuk hadir yang ajang WIES yang bertajuk “Membangun Kerangka Ekonomi Inklusif di Dunia yang Terpolarisasi”.
“Dengan nilai inklusivitas dan membuka akses untuk peluang kewirausahaan, WIES dapat membantu individu dan pelaku bisnis muslim maupun industri halal dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan agar berhasil dalam ekonomi digital,” ucapnya.