Kemudian Syekh Burhanuddin mendalami agama di bidang Tasawuf yang bernama Thariqat Syatariyah, ilmu Tasawuf yang dikembangkan oleh Imam Kasthari. Pada bulan Safar 1066 H, beliau kembali ke kampung halaman dan mendirikan surau di Tanjung Medan, yang sekarang terkenal dengan sebutan Surau Gadang Syekh Burhanuddin.
“Kalau yang datang ke sini untuk ziarah, tetapi juga yang datang ke masjid yang tidak jauh dari sini untuk melihat jubah yang sering beliau pakai saat masih hidup,” katanya.
Selain makam, di kawasan wisata religi Syekh Burhanuddin ini juga terdapat satu masjid megah dengan nama Masjid Agung Syekh Burhanuddin. Di sekitar makam juga ada sejumlah surau-surau kecil yang berjejeran. Suaru ini adalah milik dari beberapa nagari yang ada di Kabupaten Padang Pariaman.
“Surau ini sebagai tempat persinggahan bagi jemah sesuai dengan asal daerahnya masing-masing, misalnya jemaah dari VII Koto, jika ingin istirahat ada tempatnya di sini, begitu juga dengan daerah lain,” kata Khatib Malin Malano yang mengaku sebagai pengurus generasi keempat di kawasan itu.