Pemerintah daerah, sambung Luhur, tengah fokus dalam memberikan pendampingan dan penguatan sumber daya manusia pengelola desa wisata. Sehingga potensi desa wisata tersebut dapat dimaksimalkan untuk menggerakan sektor pariwisata.
“Oleh karena itu, kami fokus pada pendampingan desa wisata yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi pegiat pariwisata, industri pariwisata, akademisi, media massa, kelompok masyarakat dan pemerintah/OPD provinsi sesuai dengan tupoksi dan dilegalformalkan dalam bentuk SK Gubernur tentang tim pemberdayaan dan pembinaan desa wisata tingkat Sumbar,” ucapnya.
Terus Berkembang
Berdasarkan dari data jaringan desa wisata (Jadesta) nasional, kata Luhur, sejumlah desa wisata di Sumbar sudah ada yang mampu masuk dalam kategori desa wisata maju, yaitu Nagari Kubu Gadang di Padang Panjang, Kapalo Banda di Lima Puluh Kota, Grand Talao Park dan Desa Wisata Nyarai di Padang Pariaman.
Sementara, sambung Luhur, sebagian besar desa wisata masih dalam kategori berkembang di antaranya, Desa Wisata Saribu Rumah Gadang di Solok Selatan, Desa Wisata Apar di Kota Pariaman, Ampiang Parak di Pessel.
“Untuk yang mandiri memang belum ada, tapi yang mendekati dengan indikator bisa memberikan nilai tambah atau pendapatan kepada nagari atau desa sudah ada dua desa, yaitu Grand Talao Park dan Kapalo Banda Taram,” katanya.
Pada ADWI Tahun 2022, Dispar Sumbar menargetkan tiga desa wisata Sumbar masuk tiga besar di berbagai kategori. Seperti untuk kategori daya tarik wisata dan souvenir itu ada Desa Wisata Pariangan, untuk kategori kelembagaan itu Desa Wisata Grand Talao Park dan kategori daya tarik wisata pengunjung itu Desa Wisata Silokek, Kabupaten Sijunjung.