Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan mengacu pada model praktik kebidanan yang merupakan suatu bentuk pedoman/acuan kerangka kerja, seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Adapun output kegiatan ini nantinya adalah menghasilkan modul KB, sehingga nantinya Prodi Kebidanan Unand mampu memberikan pelayanan KB yang berkualitas dengan, di antaranya meningkatkan akses dan kualitas informasi, konseling dan pelayanan KB di Klinik Pratama Kebidanan Unand yang sedang dikembangkan.
Kegiatan workshop ini dibuka oleh Dekan FK Unand, Afriwardi, sekaligus menyampaikan terima kasih atas kerja keras Prodi Kebidanan FK Unand serta tidak terlepas dari dukungan AIPKIND dan IBI, sehingga rentetan kegiatan CoE ini dapat terlaksana hingga pada workshop ketujuh ini.
Workshop dengan tema KB ini tentunya sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan KB, perlunya tenaga bidan untuk dapat meningkatkan pengetahuan (kognitif) dan diperlukan pula kemampuan (skill), yang khusus dalam memberikan berbagai jenis metode kontrasepsi.
Ketua panitia workshop, Feni Andriani menyampaikan bahwa acara ini diisi oleh enam narasumber dalam negeri. Sebagai narasumber dihari pertama, yaitu Cesa Septiana Pratiwi dengan mengusung materi tentang “Mental Health Ibu dalam Pengambilan Keputusan untuk Penggunaan Alat Kontrasepsi”, pemateri kedua, Ismi Dwi Astuti Nurhaeni dengan materi tentang “Peran Gender dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi”, pemateri ketiga oleh Yusrawati mengusung tema “Evidance Based Practice dalam Pelayanan Kontrasepsi”, dan pemateri terakhir dihari pertama yaitu Eni Gustina dengan judul “Transformasi Digital Pada Pelayanan Kontrasepsi.
Sementara narasumber di hari kedua, dengan pemateri kelima dari BKKBN Provinsi Sumatra Barat dengan tema “Regulasi Keluarga Berencana dan Kontrasepsi”, dilanjutkan oleh pemateri keenam oleh Syamel Muhammad, dengan tema “Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Kanker”.
Dalam sesi diskusi pada hari pertama maupun kedua tampak antusias dan partisipasi narasumber dan peserta pada kegiatan ini. Diskusi dan tanya jawab narasumber dan peserta berlangsung dengan aktif dan hangat.
Diskusi terkait peran gender dalam pelayanan KB menjadi salah satu hal menarik yang dibicarakan, bahwa masih rendahnya partisipasi pria dalam ber-KB yang disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya adalah minimnya pilihan alat kontrasepsi untuk pria, faktor sosial budaya dan lain-lain.
Peran laki-laki diharapkan bukan sekedar sebagai peserta KB pasif atau sekedar mendukung pasangan dalam ber-KB, melainkan juga diharapkan membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ibu. Sampai dengan saat ini, BKKBN dan beberapa sektor terkait lainnya sedang mengusahakan berbagai upaya yang akan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan KB di Indonesia, seperti sedang dikembangkannya transformasi digital untuk pelayanan KB, serta mengupayakan adanya pilihan alat kontrasepsi untuk pria. (*)