Oleh sebab itu, Auzia mewakili PPNP juga mengajak agar masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar perhutanan sosial atau pun kelompok tani yang ada di Sumbar untuk dapat memanfaatkan kaliandra dalam meningkatkan ekonomi. Apalagi, pemanfaatan kaliandra juga ditopang oleh kebutuhan PT Semen Padang terhadap kayu kaliandra dalam jumlah yang sangat besar.
Hal itu, dibuktikan dengan adanya kerjasama antara PT Semen Padang PPNP. Dimana, dalam kerjasama ini PT Semen Padang membutuhkan sekitar 100 juta bibit kaliandra untuk ditanam di lahan-lahan masyarakat, atau di sekitar perhutanan sosial. Kemudian jika sudah waktunya untuk dipanen, PT Semen Padang siap untuk membeli kayu kaliandra dari masyarakat.
Di samping itu, memanfaatkan kaliandra juga dapat membangun kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Misalnya, terhadap kerusakan hutan akibat penebangan hutan secara liar. Menurut Auzia, jika produksi kaliandra sudah bberjalan maka masyarakat, terutrama yang tinggal di sekitar perhutanan sosial, tidak akan berpikir lagi untuk melakukan penebangan hutan secara liar. Apalagi, kalau masyarakat itu sendiri punya lahan kaliandra.
“Anggaplah lahan masyarakat itu disebut sebagai kebun kaliandra, tentu masyarakat akan memanfaatkan kebun kaliandranya untuk beberapa usaha turunan kaliandra yang kalau tidak dikembangkan, maka masyarakat tersebut akan menjadi rugi. Makanya, kami dari PPNP juga sepakat dengan Semen Padang untuk memberdayakan masyarakat sekitar hutan dalam memanfaatkan kaliandra,” katanya.
Auzia juga menyampaikan pola penanaman kaliandra. Untuk penanaman Kaliandra, dapat dilakukan dengan jarak tanam 1×2 meter hingga 1×1 meter paling rapat. Untuk masa panen perdananya, dilakukan pada usia kaliandra 8-10 bulan. Sedangkan umur produksinya sampai 10 tahun, bahkan lebih. “Artinya, dalam usia 10 tahun tersebut, masyarakat bisa panen kayu kaliandra setidaknya sekitar 15 kali,” ujarnya.
Untuk puncak produksinya, tambah Auzia, pada umumnya di usia 5-7 tahun dengan jumlah produksi 35-50 ton/ha. Sedangkan untuk panen perdana setelah ditanam, estimasi produksi terendahnya sekitar 15 ton/ha, tergantung faktor kesuburan tanahnya. “Kalau kesuburan tanahnya sangat bagus, maka jumlah produksinya bisa lebih dari 15 ton/ha,” ujarnya. (dan)