Mantan Wartawati Haluan Jadi Rektor UIN Bukittinggi

PENGHARGAAN - Rektor UIN Bukittinggi, Prof. Silfia Hanani, S. Ag. M. Si memberikan penghargaan kepada mantan Rektor UIN Bukittinggi periode 2020-2024 Prof. Ridha Ahida. M. Hum. YURSIL.

PENGHARGAAN - Rektor UIN Bukittinggi, Prof. Silfia Hanani, S. Ag. M. Si memberikan penghargaan kepada mantan Rektor UIN Bukittinggi periode 2020-2024 Prof. Ridha Ahida. M. Hum. YURSIL.

BUKITTINGGI, HARIANHALUAN.ID – Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas melantik Prof. Dr. Silfia Hanani, S.Ag. M. Si sebagai Rektor ke II Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi periode 2024-2028 di Jakarta tanggal 9 Agustus lalu.

Diketahui, Prof. Silfia Hanani adalah mantan wartawati Harian Haluan. Jauh sebelum dilantik sebagai rektor, sekitar di tahun 1990 an Prof. Silfia Hanani telah berkecimpung di dunia jurnalistik.

Bakat menulis itu diasahnya di Koran Haluan sejak menjadi mahasiswa di Kota Padang. Setamat kuliah, Prof. Silfia tidak meninggalkan dunia jurnalistik meskipun dirinya telah pindah dan mengajar di Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar.

Sambil mengajar, profesi wartawan tetap digelutinya di Haluan Perwakilan Batusangkar.

“Sampai saat ini kartu wartawan saya masih ada di simpan. Saya tercatat sebagai wartawan madya di PWI waktu itu. Tapi sekarang tidak wartawan lagi,” kata Prof. Silvia kepada Haluan di Kampus UIN Bukittinggi di Kubang Putiah, Senin (12/8).

Profesi wartawan berakhir ketika dirinya melanjutkan pendidikan pasca sarjana di Universitas Padjadjaran Bandung sekitar tahun 2001. Meskipun profesi wartawan telah dua puluh tahunan ditinggalkan.

Namun Prof. Silfia masih merasa bangga karena telah menjadi bagian dari Harian Haluan, koran yang bersejarah di Sumatera Barat. Sebagai rektor yang baru menjabat, program pertama yang akan dilakukan Prof. Silfia Hanani adalah menjaga dan meningkatkan kualitas akademik di UIN Bukittinggi berjalan dengan baik.

Menurut Prof. Silfia, kualitas akademik merupakan garansi sebagai penyelenggara pendidikan. Sebab itu, untuk mewujudkan hal tersebut secara bersama-masa harus menjalankan visi dan misi yang telah ditentukan sebelumnya.

“Setelah high quality adalah hal yang lebih penting, yakni bagaimana mewujudkan kampus ini menjadi universitas yang memiliki karakter sendiri. Ini yang harus diwujudkan untuk selanjutnya,” katanya.

Mantan Direktur Paacasarjana UIN Bukittinggi itu mengajak pegawainya untuk terus mengupdate diri secara individu dan jangan hilang motivasi untuk meningkatkan kualitas diri.

Sehebat apapun, kalau tidak mengupdate diri akan terjadi keterbelakangan sehingga tidak bisa mengerjakan apa yang ada di depan.

“Hari ini saya berada disini, berkat dukungan bapak ibu semuanya. Oleh sebab itu, wajib hukumnya bapak dan ibu menasehati dan mendukung saya demi kebaikan bersama dan kampus ini. Kebaikan dan kesuksesan itu bukan tunggal adanya, tetapi jamak. Baiknya UIN itu bukan karena seorang rektornya, tapi bagaimana yang mendukung dibalik rektor itu,” ujarnya.

Sementara itu, Prof. Ridha Ahida merasa senang dan bangga karena pergantian rektor UIN Bukittinggi berjalan aman, sukses dan lancar. Pada saat pemilihan rektor, semua guru besar atau profesor ikut serta dalam pemilihan rektor.

“Enam dari tujuh orang guru besar yang dimiliki UIN Bukittinggi ikut serta dalam pemilihan rektor. Sedangkan saya tidak bisa ikut karena telah menjadi rektor sebelumnya,” kata Ridha.

Ia yakin, Prof. Silfia adalah orang yang tepat dan terbaik menurut Menteri Agama RI yang bisa mengembangkan UIN Bukittinggi empat tahun ke depan. Menurut Ridha, pergantian pimpinan merupakan hal yang biasa bukan persoalan kalah dan menang.

“Kewajiban kita sebagai keluarga besar UIN Bukittinggi adalah mendukung ibu rektor untuk mengembangkan UIN Bukittinggi lebih baik lagi,” ujarnya.

Hal yang mendesak untuk diselesaikan adalah akses jalan menuju UIN Bukittinggi. Rektor yang baru telah bersedia melanjutkan pertemuan dengan niniak mamak dan Pemko Bukittinggi untuk melanjutkan penyelesaian akses jalan masuk ke kampus.

Selanjutnya, persoalan akreditasi sebab seluruh perguruan tinggi harus terakreditasi berikut dengan program studinya. Lalu, persoalan Badan Layanan Unit (BLU) bertujuan untuk mengarap potensi potensi bisnis dalam menopang pembangunan kampus ke depan.(*)

Exit mobile version