PADANG, HARIANHALUAN.ID- Dua puluh tahun menjalani pengabdian sebagai pendidik di almamaternya, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Andalas (UNAND), Prof. dr. Hardisman, M.HID., Dr.PH. melakukan setiap pekerjaan dan amanah yang diberikan dengan sepenuh hati.
Dalam setiap langkahnya, Prof. Hardisman yang saat ini diamanahi sebagai Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Universitas Andalas (LPM UNAND) meniatkan pengabdian yang diberikan harus lahir dari hati nurani, termasuk menjaga amanah yang saat ini dipercayakan Rektor UNAND, Dr. Efa Yonnedi, S.E. MPPM., Akt., CA., CRGP untuk menjadikan LPM UNAND sebagai lembaga yang mampu menjaga akreditasi UNAND untuk tetap baik dan bereputasi di tingkat nasional maupun internasional.
Perjalanan panjang Prof. Hardisman mengabdi dimulai tahun 2003 lalu, setelah lulus seleksi Dosen CPNS di FK UNAND yang merupakan almamater tempat ia menyelesaikan pendidikan dokter. Dikisahkannya, 20 tahun lalu saat Idulfitri 1424 Hijriah bertepatan dengan tahun 2003, ia dan beberapa orang rekan satu angkatan di FK UNAND tengah berkumpul di rumah seorang sahabat.
Mereka saling berbagi cerita dan pengalaman menjadi dokter yang dijalani belum genap satu tahun di klinik lapangan pada sebuah perusahaan di Provinsi Riau. Pada hari itu, mereka saling bertanya tentang karier dan kehidupan sebagai dokter hingga sampai pembicaraan pada penerimaan Dosen CPNS di UNAND dan di Universitas Riau (UNRI).
Dalam hati Hardisman terbersit keinginan untuk menjadi dosen. Ia mengikuti seleksi dosen yang tengah dibuka tanpa berpikir akan ditempatkan di departemen apa atau harus melanjutkan pendidikan di bidang apa nantinya. Jika jadi dosen, pasti ia punya kesempatan untuk sekolah lagi dan melanjutkan pendidikan spesialis, S2, dan S3. Kesempatan melanjutkan pendidikan keluar negeri juga terbuka lebar. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengikuti seleksi dosen CPNS.
“Saat itu saya dan beberapa kawan memutuskan untuk ikut CPNS dengan beberapa pertimbangan karier di masa depan. Saya memutuskan untuk mendaftar sebagai dosen di almamater di FK-UNAND dengan harapan bisa mengabdi dekat dengan kampung halaman,” ujarnya saat berbincang dengan Haluan, Minggu (22/9).
Beberapa bulan setelah proses seleksi, keluarlah pengumuman. Ia dan sahabatnya. Dr. Sukri Rahman dinyatakan lulus menjadi dosen di FK UNAND.
Usai dinyatakan lulus CPNS, Hardisman ditempatkan di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif. Namun, uniknya walaupun ditempatkan di departemen itu, ia belum diperbolehkan untuk melanjutkan pendidikan Spesialis Anestesiologi.
Ia diminta untuk melanjutkan pendidikan di bidang medical education, yang menurut informasi akan ada kerja sama dengan FK UNAND di bawah program nasional yang bekerja sama dengan universitas di Belanda dan Inggris. Satu tahun lebih menunggu, beasiswa kerja sama yang diprogramkan belum ada titik terang hingga akhirnya ia mencoba peluang beasiswa pendidikan lanjut.
“Dengan izin Ketua Departemen saat itu dan tentunya juga izin Pimpinan Fakultas, akhir tahun 2005 saya mengikuti seleksi beasiswa S2 Pemerintahan Australia. Alhamdulillah saya dinyatakan lulus pada Program Internasional Health di Flinders University, Adelaide, South Australia,”ujarnya menambahkan.
Lebih kurang dua tahun ia menjalankan pendidikan di Australia. Pada pertengahan tahun 2008, Hardisman kembali ke Indonesia dengan gelar Master Bidang Kesehatan Internasional (Global or International Health) tepatnya Master of Health International Development (M.HID.) dengan minor study dalam bidang clinical education.
Setelah kembali ke Indonesia, ia kembali bertugas di Departemen Anestesiologi FK UNAND. Namun, bidang ilmu dan keahlian tidak banyak yang bisa diterapkan dalam hal praktis di bidang Anestesilogi dan Terapi Intensif. Ia lebih banyak bertugas dalam proses administrasi pendidikan klinis di departemen dan kegiatan tutorial PBL untuk program Sarjana Kedokteran. Selain itu, ia juga melakukan penelitian-penelitian berdasarkan data sekunder di departemen.
Seiring berjalan waktu, terbuka lagi kesempatan beasiswa DIKTI untuk pendidikan doktor untuk kuliah keluar negeri. Hardisman mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi beasiswa tersebut dan mendapatkan beasiswa untuk angkatan akhir tahun 2009. “Akhirnya saya kembali ke Australia untuk pendidikan doktor, ke almamater saya yang dulu, Flinders University,”ucapnya.
Hari-hari Hardisman menjalani pendidikan doktor di Australia juga penuh warna. Ada suka dan duka dalam kehidupan keluarga. “Maklumlah tuntutan pendidikan doktor tidak mudah. Kadang, hal itu memengaruhi mood,”ulasnya seraya tersenyum mengingat suka-duka menjalani pendidikan doktor di negeri orang.
Selama menempuh pendidikan doktor di Australia, Hardisman juga bekerja paruh waktu di sebuah Rumah Sakit Transisi, Rawatan Lansia, dan Rawatan Komunitas (Transitional Cere, Nursing Home, and Community Health Service) untuk mencukupi kebutuhan.
Tahun 2012 pendidikan doktor di Australia dapat diselesaikan oleh putra daerah Sijunjung tersebut. Ia kembali ke Indonesia dan melanjutkan pengabdian sebagai dosen di FK UNAND.
Satu tahun usai kepulangannya dari Australia, tepatnya tahun 2013, Dr. Masrul Dekan FK UNAND ketika itu, menyarankan kepadanya untuk mengabdikan dan mengaplikasikan ilmu yang telah ia peroleh di jenjang pendidikan doktor yang telah diraih.
“Setelah istikharah dan mempertimbangkan banyak hal serta diskusi dengan keluarga, saya memutuskan menerima saran Bapak Dekan untuk mengembangkan karier dan mengabdikan keilmuan dalam bidang public health, international health, health policy, dan health research. Saya ditempatkan di Departmen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas (IKM-KK) sejak pertengahan tahun 2013,” katanya.
Usai memantapkan hati mengabdi di Departemen IKM-IKK, Hardisman terus berkarya, meneliti, dan menulis banyak buku. Tidak lupa pula ia mendedikasikan diri dengan menerima tanggung jawab serta tugas-tugas tambahan yang diamanahkan kepadanya.
Ia pernah diamanahkan sebagai Ketua Prodi Magister (S2) Ilmu Kesehatan Masyarakat FF UNAND tahun 2015-2019, Sekretaris Prodi Doktor (S3) Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UNAND tahun 2019-2021. Selanjutnya, ia juga diamanahkan sebagai Wakil Dekan II dari tahun 2021-2024, dan Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Universitas Andalas (LPM UNAND) mulai Juni 2024 hingga sekarang.
Tidak hanya sampai di sana, ia terus berkarya, baik publikasi riset di jurnal ilmiah, presentasi di berbagai konferensi nasional dan internasional, dan menulis untuk masyarakat yang lebih membumi di media massa. Presentasi dan pemakalah seminar internasional yang pernah ia hadiri, di antaranya di Copenhagen Denmark, Istanbul Turki, Praha Republik Ceko, Bratislava Slovakia, Taiwan, di Australia , dan Malaysia.
Setelah berkarya, mengajar, meneliti, menulis, dan publikasi yang diiringi dengan persyaratan administrasi yang ketat, ia berhasil mengurus pengajuan Guru Besar (Profesor) pada tahun 2020. SK Guru Besar ia terima pada tahun 2021. Kemudian, pengukuhan sebagai guru besar dilakukan tahun 2023 setelah Pandemi Covid-19 mereda.
Bicara tentang lika-liku kehidupan yang dilaluinya hingga berada pada titik sekarang, hal itu tidak lepas dari peran sang ibu yang mendidiknya dengan keras, tegas, dan disiplin. Sejak kecil, ibunya selalu menanamkan penting kedisiplinan, tata krama, dan etika pada orang yang lebih tua, kejujuran, dan kemandirian.
“Ibu membesarkan saya dan kakak seorang diri karena Ayah telah berpulang ketika saya masih berusia 2 tahun. Sebagai single mother, ibu bisa dikatakan keras dan tegas kepada kami anak-anaknya. Saat kecil saya sering mempertanyakan sikap keras ibu. Namun, seiring waktu terutama setelah menginjak dewasa dan berkeluarga, saya menyadari pola pendidikan yang diterapkan ibu membuat saya seperti sekarang ini,”ulasnya.
Selain didikan tegas dari sang ibu, dukungan istri yang setia mendampingi dan menguatkan, yaitu Wiwin Susilawati, A.Md.Gz. serta anak-anak cerdas dan pengertian juga motivasi luar biasa yang membuat ia sukses seperti saat ini.
Hardisman menghabiskan masa kecil dan remaja di daerah yang jauh dari perkotaan, tepatnya di Pulau Sarai, Jorong Mangkudu Kodok, Nagari Limo Koto, Tanjung Ampalu, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung. Ia menempuh Sekolah Dasar (SD) di SD Inpres Mangkudu Kodok (Sekarang SD Negeri 23 Koto VII) dan SMP Negeri Tanjung Ampalu, Sijunjung.
Setamat SMP, ia melanjutkan pendidikan SLTA di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Koto Baru, Padang Panjang (MAN Kobar PP) yang merupakan salah satu SLTA terbaik di Sumatera Barat.
Semangat belajar yang tinggi mendorongnya untuk melanjutkan pendidikan ke FK UNAND. Ia tercatat sebagai mahasiswa FK UNAND angkatan 1996. Selama menempuh pendidikan di FK UNAND, ia juga mengalami pasang surut, naik turun, dan suka duka kehidupan. Semuanya berhasil ia lewati tanpa masalah yang berarti. Ia me-manage semuanya dengan baik, termasuk biaya kuliah yang dikirimkan ibunya.
“Pada saat kuliah, Alhamdulillah sejak semester kedua saya sudah mendapatan beasiswa dari Yayasan Cahaya Ibu (YCI) Jakarta sampai menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran tahun 2001, bahkan juga ada beasiswa-beasiswa lainnya. Selama pendidikan kepaniteraan klinik (co-ass) hingga tamat dokter tahun 2003, saya juga mendapat Beasiswa Harapan Bundo (YHB) Padang dari Yayasan Bapak Azwar Anas (alm.) Mantan Gubernur Sumatera Barat,”imbuhnya.
Selama menjadi mahasiswa, Hardisman berhasil menorehkan banyak prestasi, di antaranya mahasiswa berprestasi tingkat fakultas, pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Tingkat Wilayah, dan Finalis Tingkat Nasional Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) tahun 2000.
Ia juga aktif organisasi, seperti Hippocrates Emergency Team (HET) yang merupakan organisasi bantuan medis dan pecinta alam, Forum Studi Kedokteran Islam (FSKI), dan Badan Ekseskutif Mahasiswa (BEM) Fakultas. Ia pernah menjadi Ketua FSKI tahun 1998-1999 dan Ketua BEM FK UNAND tahun 1999-2000. Ia juga merupakan Ketua BEM pertama setelah peralihan nama dari Senat Mahasiswa ke BEM.
Demikian kisah Prof. dr. Hardisman, guru besar FK UNAND dan juga Ketua LPM UNAND yang memilki komitmen nyata pada pengembangan pendidikan dan kesehatan di Indonesia, khususnya pendidikan dan penelitian yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat.
Mengabdikan ilmu sepenuh hati, memberikan karya dari hati nurani adalah hal yang menjadi tujuannya dengan harapan bisa terus memberi manfaat bagi keluarga, Universitas Andalas, dan lingkungan sekitar. “Semoga ilmu dan karya-karya saya menjadi amal jariyah dan memberikan manfaat bagi banyak orang,” ujarnya mengakhiri (*)