Nico merinci 34 orang korban tewas di dalam stadion, sedangkan korban lainnya meninggal saat dalam proses pertolongan di rumah sakit.
“Yang meninggal di dalam stadion ada 34 orang, kemudian yang lain-lain di rumah sakit pada saat proses pertolongan,” imbuh Nico.
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan disebut terjadi usai para suporter Arema memasuki lapangan setelah timnya kalah melawan Persebaya. Insiden itu direspons polisi dengan menghadang dan menembakkan gas air mata.
Gas air mata ditembakkan tidak hanya kepada suporter yang memasuki lapangan, tetapi juga ke arah tribun penonton, yang kemudian memicu suporter panik.
Akibatnya, massa penonton berlarian dan berdesakan menuju pintu keluar, hingga terinjak-injak. (*)