Afrinaldi sungguh tidak menyangka, percakapan singkat via Whats App pada malam itu, akan menjadi komunikasi terakhirnya dengan sang anak. Sebab pada jam 11 siang keesokan harinya, kontak WhatsApp Afif sudah tidak lagi aktif.
“Saya tidak ada firasat apa apa sampai sekitar jam tiga lewat mamanya Afif nelfon nanya dimana Afif, saya jawab tidak ada. Bahkan saya sempat mencari Afif hingga ke Indarung dan Cengkeh atau bahkan menanyakan Afif kepada teman sekolahnya. Tapi tetap tidak ada,” ucapnya.
Hilangnya kabar dari afif, sontak membuat keluarganya dirumah merasa kelabakan. Sebab selama ini, Afif dikenal sebagai anak yang cukup pendiam. Biasanya, sekitar jam 10 malam saja Afif sudah tidur di rumah. “Saya baru tahu Afif meninggal di hari Minggu. Sekitar jam 6 saya baru tahu setelah melihat Afif lewat pemberitaan media,” ucapnya.
Berdasarkan pengakuan rekan-rekan Afif kepada Afrinaldi, pada malam itu mereka memang konvoi keliling Kota Padang dengan mengendarai sejumlah motor yang mereka tidak tahu jumlah pastinya berapa.
“Namun ketika saya tanyakan kepada teman-teman Afif yang lain, mereka mengaku tidak kenal Afif, mereka hanya kenal Aditya yang berboncengan dengan Afif pada malam itu,” jelasnya.
Afrinaldi juga mengaku Haqqul Yaqin bahwa Afif Maulana buah hatinya itu, mendapatkan tindakan penyiksaan yang sangat kejam oleh aparat kepolisian yang betugas malam itu. Dugaan itu, diperkuat dengan kesaksian sejumlah rekan Afif yang juga ikut menjadi korban pada malam jahanam tersebut.