“Sebenarnya ada saksi yang ikut ditangkap melihat anak saya dibawa ke Polsek, saksi itu pun ada yang bilang, anak saya sudah minta ampun, tapi malah tetap disiksa oknum,” ucapnya.
Kecurigaan itu, menurut Afrinaldi, juga diperkuar dengan kenyataan bahwa jasad Afif ditemukan penuh lebam. Baik pada areal muka, punggung, perut atau bahkan jari-jari afif yang terlihat luka karena mencoba menahan tendangan
“Muka Afif luka lebam. Itu karena siksaan. Bukan karena jatuh dari jembatan, disebelah kiri punggung , tangan dan perut ada bekas tendangan sepatu oknum. Teman-temannya bahkan ada yang mengaku disundut rokok,” katanya.
Dengan kondisi jasad Afif yang penuh lebam itu, Afrinaldi menilai alasan polisi yang menyatakan Afif tewas karena loncat dari jemabatan Kuranji karena berniat melarikan diri dari sergapan personel Sabhara Polda Sumbar tidak masuk akal.
Apalagi, ketinggian jembatan Kuranji lebih dari 30 meter. Pada malam kejadian pun, debit air sedang kering. Artinya, jika memang Afif jatuh karena terjun, kaki anaknya pasti akan patah.
“Ini kakinya tidak apa-apa. Kalau jatuh pun, masa jatuhnya tepat ditengah -tengah jembatan. Saya yakin anak saya tewas disiksa. Saya berharap Kapolri menjatuhkan sanksi yang tegas kepada para oknum yang terbukti terlibat menyiksa dan membunuh anak saya Afif Maulana,” pungkansya mengakhiri.(*)