Generasi apatis
Dosen Ilmu Politik Universitas Andalas, Andri Rusta menilai generasi muda sekarang ini cenderung apatis dan tidak bergairah seperti pada tahun 1998. Sebagai bagian kelompok terpelajar, mahasiswa seharusnya merasakan bahwa demokrasi itu penting bagi kemajuan bangsa ini.
“Jangan sampai mahasiswa apatis terhadap kehidupan demokrasi kita, karena jika demikian, maka yang terjadi adalah Indonesia tidak akan pernah maju mencapai generasi emas 2045,” katanya.
Menurut Andri, anak muda sebagai calon pemimpin masa depan harus mampu memanfaatkan kesempatan belajar demokrasi yang menyehatkan dan penuh kemeriahan dengan menyaring informasi di media digital yang penuh dengan hoaks.
“Salah satu temuannya adalah hoaks sebenarnya ada industrinya. Oleh karena itu, kita harus pandai saring dulu sebelum sharing,” katanya.
Sementara, pemengaruh atau influencer, Shaza Bella Dona mengatakan, seorang influencer sering disebut sebagai aktor digital. Dia bisa menyampaikan aspirasi masyarakat tapi dengan cara dia sendiri yang khas, bahkan dapat juga menjadi sosok key opinion leader.
Shaza mengajak mahasiswa secara aktif memanfaatkan ilmu dari kampus dan menyebarkannya di media sosial. “Kita jangan cuma sekedar kuliah, tapi ikut terjun misalnya, mengikuti iven seperti pemilihan Uda-Uni untuk turut berbagi tentang politik atau hukum,” ujar Shaza yang juga seorang dokter itu.
Shaza juga mengingatkan, ketrampilan digital di media sosial dapat dikontribusikan untuk membangun demokrasi yang damai, sehat, dan meriah.
“Kembangkan berbagai ketrampilan digital, jadi konten kreator atau konten kreatif di Tiktok dan Instagram. Manfaatkanlah sebaik-baiknya demi memajukan demokrasi damai di negara ini,” katanya.
Ruang digital, Shaza menambahkan, memungkinan siapa pun bebas berpendapat. Ruang-ruang tersebut tak lagi dimonopoli oleh ahli politik dan pemerintahan saja.
Anak muda bisa menyampaikan aspirasi politik secara langsung sebebasnya di media sosial. Yang perlu diperhatikan, kebebasan itu jangan digunakan untuk melontarkan ujaran kebencian atau komentar negatif lainnya.
“Demokrasi di era digital ini sangat luas tapi kita harus tetap ingat ada koridor yang harus kita patuhi,” katanya.
Forum literasi demokrasi ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mendukung terwujudnya Pemilu Damai 2024. Kegiatan serupa akan dilaksanakan juga di beberapa kota besar lainnya seperti Pekanbaru, Denpasar, Manokwari, dan Yogyakarta. (h/rel)