Salah seorang pengunjung pameran, Arif (24), merasa terhibur dengan Pameran Buahtangan ini. Katanya, sebagian karya yang dilihatnya bisa ia pahami dengan cara pandangnya sendiri. Sebagian lagi Arif memang terlihat bingung, karena beberapa karya dianggap rumit untuk dipahami.
“Saya sedikit senang dengan hal-hal yang berkaitan dengan kesenian, termasuk pameran ini. Jadi untuk beberapa karya bisa saya baca, seperti emoticon yang memakai masker, kebutuhan pokok dalam asoi, dan beberapa karya lainnya,” katanya.
Tapi Arif yang juga sering melihat pameran, selalu memiliki kesan tersendiri di setiap pameran yang pernah didatanginya. Ia yang katanya cukup dekat dengan seni mengatakan kalau pameran seni rupa selalu menarik dalam menangkap isu-isu sosial, budaya, ekonomi dan lainnya.
“Seniman selalu menjawab isu-isu dengan kreativitasnya. Tidak ada kekerasan. Justru sentuhan seni dan gagasan. Saya sangat senang melihat pameran, meski saya juga menyambikan melihat seni pertunjukan juga hari ini,” ujarnya.
Lain halnya Fikri. Ia seorang mahasiswa yang pada saat itu juga menjadi penampil Kaba Festival X. Katanya, ia beberapa kali sudah pernah mengunjungi pameran, tapi tidak sering. Fikri mengaku hanya bisa mengapresiasi pameran ini tanpa bisa memahami setiap-setiap karya.
“Saya hanya menikmati saja. Saya tidak begitu memahami. Justru namanya Pameran Buahtangan, yang saya tangkap hanyalah tentang kritikan terhadap tindakan gratifikasi. Apalagi sekarang ini sedang hangatnya masalah politik,” katanya.
Meski tak begitu pandai memahami, katanya, ia justru lebih senang memberikan pandangannya secara umum seperti nama pameran ini. Melihat ada kado dan nama pamerannya “Buahtangan”, Fikri ternyata memiliki pandangannya sendiri.