Penyair Pulo Lasman Simanjuntak, pertama menulis puisi berjudul IBUNDA dimuat di ruang sajak anak-anak Harian Umum KOMPAS pada bln Juli tahun 1977.Kemudian dari tahun 1980-2022 ini ratusan karya puisi-nya telah dimuat (dipublish) diberbagai media cetak, online, dan majalah digital di Indonesia dan Malaysia. Karya puisi-nya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal dan 17 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia. Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), anggota Dapur Sastra Jakarta (DSJ), Komunitas Dari Negeri Poci (KDNP), Sastra Nusa Widhita (SNW), Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), serta anggota Sastera Sahabat Kita (SSK-Sabah, Malaysia).Dikenal juga sebagai pegiat komunitas sastra di media sosial. Bekerja sebagai wartawan dan rohaniawan. Kontak person : 08561827332
Berikut Puisi-puisi Terbaru Karya Pulo Lasman Simanjuntak
GERAI KEMATIAN DINI
tak terasa,
dari hulu ke hilir
kutulis pada tubuh matahari
anak sungai kehidupan telah
mengalir deras
dalam rumah doa
dengan kunci surga
dipimpin tiang awan
dan tiang api
sehingga menjelma
menjadi pembuangan
mimpi-mimpi buruk
sejak kuhitung cawan penderitaan sepuluh bulan
menusuk rahim bumi
sampai pecah berdarah-darah
hilang ditelan sengat maut
kesaksian memalukan
tadi malam, katamu
setelah menabrak sebuah kendaraan akhir zaman
masih saja bercerita
kelaparan itu bermunculan
setiap kusebut nama Tuhan
Jakarta, Minggu 16 Oktober 2022
LAPTOP
laptop usia purbaÂ
kutawarkan di gerai kematian
karena layarnya semakin buram
oleh penderitaan tak berkesudahan
padahal esok hari tak pasti
tubuhnya warna gelap dan kusam
harus kubawa menari-nari liar
di atas mimbar kesucian
sebuah pisau keresahanÂ
muncul pada laman berita yahoo dan zoom
ditaburkan tetesan darah membeku
pada kecelakaan di jalan kota yang berlobang
beruntung,
aku dibangunkan dari khayalan
delapan ratus juta rupiah dalam kemasan
berserakan di aspal jalan raya
berseberangan dengan jalan tol
perayaan dan pawai kemacetan
masih adakah sajakku dalam setiap aplikasi komputer
sampai aku kelelahan mencari mata uang
apa lagi yang harus dilego ?
pada dua belas catatan tangisan suram (sepeda motor, televisi, air condition, mesin cuci, handphone, spring bed, guitar, nokia, speaker, dan laptop)
semuanya telah ditelan rakus
dalam pembuangan limbah jamban kesunyian
bau pohon kaktus
Jakarta, Rabu 12 Oktober 2022
HANDPHONE ANDROID
inikah terakhir kali
engkau menulis prosa kelaparan
sepanjang enam bulan digelar
cerita dari rumah tanpa tiangÂ
dan pondasi kerapuhan
seperti kesunyian turun
dalam dunia orang mati
sehingga jari-jari tanganku makin lumpuh
untuk memberi kabar via chat wa
group-group komunitas keangkuhan
di bawah matahari kesia-siaan
bunyi dering telepon setiap hari
hanya mau menagih utang yang tersebar
di mall, resto, cafe, anjungan tunai sampai hotel berbintang di negeri-negeri telapak kaki
biarlah, ini ujian iman, katamu dengan mimik tubuh yang kian kurus
tak mampu bersenggama setiap malam
karena sperma telah diteteskan di laboratorium
rumah sakit kematian
entah sampai kapan aku setia
menyembah patung batu cawan penderitaan
yang dibangun di kolam tangisan
pasrah mengunyah rembulan kepahitan
Jakarta, Rabu 12 Oktober 2022
KOLAM KEMATIAN
seikat perjalanan dimulai dari peta
kuku-kuku waktu
menggelisahkan sekujur tubuhku
tak lagi mampu menghisap
mulut matahari
bernyanyi kidung pagihari
sepi makin terkurung pada batin ini
apa lagi yang harus disantap
dari dalam perutmu tak ada janin bayi
tinggal terbungkus tulang belulang
ditikam gizi buruk
pada cuaca ekstrem yang semakin buruk rupa
tidurlah sayang
sampai nanti
jasad ini mau dibakar
beralaskan debu dan tanah
pada akhirnya
aku terus berlari keletihan
mengejar angin malam kecelakaan
imajinasi sungguh mematikan
sampai di pertengahan kota
ada darah segar
di pori-pori aspal jalan
"jangan takut, silahkan jalan terus, kejarlah mimpi-mimpi itu sampai engkau tak lagi kelaparan akan firman maupun makanan menyehatkan," pesan terakhir seorang lelaki muda
tanpa buah dada
terkapar mencium ganas rembulan
Jakarta, Kamis 14Â Oktober 2022
MESIN MAUT
kita berangkat dari pinggiran wilayah persungutan
setelah meninggalkan seorang pesakitan
yang kelaparan
ada kecelakaan melintas dalam pikiran
di trotoar jalan
setelah itu
sambil membawa sekeranjang kegelisahan tanpa koor-koor panjang
hujan gerimis menembus keterasingan kota untuk menjemput oma nakal yang diliputi kemalasan
setiap membuka mezbah malam
melewati bangsal-bangsal teralis besi baja
rumah sakit tanpa tangisan
kita seperti terjebak suara deru perang kematian membuka lahan kuburan
di sini
kita bersekutu dalam doa yang dilumas minyak persundalan
sepertinya tak lama lagiÂ
kita akan menikmati roti perkabungan
tragis, paderi
tak pernah berkunjung
ke rumah ibadah
RSUD Cibinong, Jawa Barat, Rabu 21 September 2022
TULANG ROHANI
setelah kita pulang
mengumpulkan benih-benih gandum (bukan ilalang)
di pintu kamar mandi
rumah kita
tak lagi bersenggama
kulihat ada pembantaian
satu per satu kulit tubuhmu
meleleh terbakar deras
oleh api kematian
turun dari tangga surga
seperti manusia tak berhikmat
dilontarkan pertama
oleh kaum sodom dan gomora
para pemalas memahat matahari
sampai kapankah engkau tertidur pulas
pada halaman-halaman kitab suci
sambil mengunyah manna
paling menyehatkan
namun, ternyata
semua sia-sia
Jakarta, Minggu 16 Oktober 2022
SIHIR
apabila bangsa ibrani padang pasir
telah masuk dalam tubuh puisiÂ
engkau menjelma jadi jerami
kurus kering seperti besi tirani
sementara anak-anak kita
harus dipersembahkan kepada dayang-dayang yang mengerang
tak peduli cawan lebur menyerang
amarah selalu dengan mantera
bilakah merubah kehidupan
tandus jadi senyum ceria
sukacita bertemu kawan seirama
Jakarta, Sabtu 24 September 2022
PETIKAN GUITAR TERAKHIRÂ
semoga peristiwa otak dibanting
berulangkali pada malam pucat ini
bukan petikan guitar akustik terakhir
sebelum alat musik bergetar
terbang tinggi seperti anak burung rajawali
sampai menghilang menembus cakrawala hitam
perih-pedih sekali
rajin membuntingi tubuh yang gelisah
berat mengangkat gelas lebur tiga bulan
apalagi harta yang harus dijual
tanya penyair bermata berlian
bernasib miskin
dengan persembahan burung tekukur
seperti juru kabar batu karang tegar
Jakarta, Minggu malam 25 September 2022
SANDIWARA AKHIR BULANÂ
ketakutan apa yang selalu menjelmaÂ
akhir bulan mencium kepahitan
menari-nari dengan tiang api ketegangan
sepanjang mendaki bukit-bukit tulang belulang
sudah kucatat dalam buku kehidupan
bercengkerama dengan pengendara siluman
oi, selalu saja kunyanyikan lagu sion nyaman
aku tetap berenang di atas ranjang
pikiran jiwa yang rawan kematian
Jakarta, Minggu 25 September 2022
SAJAM
ditusuknya matahari setiap pagi
pada hari-hari kesusahan
tak ada minyak, anggur, gandum dan madu
disebar di atas meja makan
berserakan darah segar di pinggir jalan
perjamuan binatang reptil malam
tak berkesudahan
setelah itu ditikamnya rembulan pengerat
sekuat-kuatnya bau minuman keras
sampai batu menjadi darah
senggama paradewa
(inilah raja tirus rakus
seperti gigi-gigi tikus
angkuh dan sombong
sampai mati menginjak lautan)
maka pesan yehovah jire
harus kuredam amarah tinggi
setinggi-tingginya meraih kaki-kaki rusa
literan beras dari warung madura
memang sangat memalukan
diam-diam kusembunyikan
dalam saku celana
aku tetap jadi orang percaya
mau berjalan di batu bercahaya
taman penuh permata
Jakarta, Selasa, 27 September 2022