AGAM, HARIANHALUAN.ID—PT Semen Padang bersama Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (PPNP) mensosalisasikan tanaman kaliandra merah kepada kelompok tani se-Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Jumat (21/7).
Bertempat di aula MDA Langguang Nagari Koto Kaciak, sosialisasi yang digelar oleh Yayasan Hutan Lestari Indinesia (YHLI) itu, diikuti antusias oleh puluhan kelompok tani yang berada di daerah salingka Danau Maninjau tersebut. Hal itu, terlihat dari banyaknya kelompok tani yang ingin tahu manfaat dari kaliandra merah.
Kepala Departemen Komunikasi & Hukum Perusahaan PT Semen Padang Iskandar Z Lubis mengapresiasi YHLI yang telah menfasilitasi sosialisasi kaliandra kepada kelompok tani di salingka Danau Maninjau. Dan, sosialisasi ini sejalan dengan program Pemprov Sumbar tentang Pemberdayaan Masyarakat sekitar Perhutanan Sosial.
“Semen Padang juga sudah MoU dengan Pemprov Sumbar terkait Pemberdayaan Masyarakat sekitar Perhutanan Sosial. Nah, menindaklanjuti MoU tersebut, kami melaksanakan program kaliandra merah untuk ditanam oleh masyarakat sekitar perhutanan sosial di Sumbar,” kata Iskandar.
Kaliandra merah ini, kata Iskandar melanjutkan, dimanfaatkan untuk mendukung pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, karena bernilai ekonomis. Bahkan, kayunya dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi baru terbarukan (EBT). Karena, tanaman ini memiliki kalori tinggi.
“Kayu kaliandra ini merupakan bahan biofuel yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yang dapat mensubstitusi bahan bakar batubara. Dan, Semen Padang sangat membutuhkan kayu kaliandra merah ini sebagai bahan bakar pembuat semen. Maka dari itu, kami di Semen Padang siap menjadi offtaker dari kayu kaliandra ini,” ujarnya.
Kepala UPT Perbaikan dan Pemeliharaan PPNP, Auzia Asman, S.P., M.P., yang menjadi narasumber sosialisasi menyampaikan bahwa kaliandra merah dengan nama latin Calliandra calothyrsus adalah semak berbunga (shrub) dan termasuk ke dalam keluarga Fabaceae (suku kacang-kacangan).
Kaliandra merah ini dapat tumbuh hingga 12 meter jika lingkungan memungkinkan. Daun kaliandra berwarna hijau gelap, kanopi melebar ke samping, dan sangat padat. “Kaliandra merah ini memiki kalori tinggi yang tentunya bermanfaat sebagai sumber energi baru terbarukan (EBT),” kata Auzia.
Pemanfaatan kaliandra merah, sebut Auzia, selain dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif pengganti batubara, tanaman kaliandra ini sangat baik dalam konservasi lingkungan (tanah dan air), sehingga bisa memproduktifkan lahan-lahan marginal atau lahan yang tidak produktif. Sebab, dengan menanam kaliandra merah, akan membuat mutu dari kondisi tanah meningkat.
Selain itu, bunga kaliandra juga bermanfaat untuk beternak madu galo-galo. Karena, bunganya bisa dijadikan sebagai konsumsi lebah madu. Sedangkan daunnya, juga bisa dijadikan pakan ternak dan bahan baku membuat kompos. Bahkan di Payakumbuh, ada pengusaha ternak ayam yang tertarik untuk menjadikan daun kaliandra sebagai bahan baku membuat pakan alternatif untuk ayam.
“Jadi, kalau kita memanfaatkan kaliandra untuk kebun galo-galo dan kita juga punya ternak sapi maupun kambing, maka potensi pemanfaatan kaliandra secara finansial akan semakin besar. Apalagi, kalau nantinya daun kaliandra ternyata juga memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bahan baku untuk membuat pakan alternatifnya, tentu akan semakin besar potensinya,” kata Auzia.
Potensi lainnya, sebut Auzia, adalah ranting kaliandra yang bisa dijadikan sebagai wood pellet yang merupakan komoditas ekspor ke negara empat musim. Karena, wood pellet ini sebagai kebutuhan rumah tangga yang kegunaanya sebagai sumber energi penghangat tubuh bagi masyarakat yang berada di negara empat musim tersebut.
“Kalau pemanfaatannya sampai ke ranting, bunga dan daun, maka tidak akan ada lagi bagian dari kaliandra yang tidak bisa dimanfaatkan. Karena, kayunya bisa dijual ke Semen Padang sebagai bahan bakar alternatif yang dapat mensubstitusi bahan bakar batubara, bunganya untuk konsumsi madu, daunnya sebagai pakan ternak, dan rantingnya untuk wood pellet,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Auzia juga menyampaikan pola penanaman kaliandra. Untuk penanaman Kaliandra, dapat dilakukan dengan jarak tanam 1×2 meter hingga 1×1 meter paling rapat. Dan, setelah ditanam, perawatan kaliandra merah harus diperhatikan, terutama kebutuhan airnya.
“Jadi, setelah ditanam harus kita pastikan kebutuhan airnya. Kemudian setelah uratnya senyawa dengan tanah, maka untuk perawatan selanjutnya menjadi mudah, cukup kita hanya mengontrol sekali 2 hari. Untuk masa panen perdananya, dilakukan pada usia kaliandra merah 8-10 bulan. Saat dipanen, kita harus menyisakan tinggi batangnya sekitar 50 cm,” katanya.
Untuk umur produksinya, sebut Auzia, sampai 15 tahun, bahkan lebih. Kemudian puncak produksinya, pada umumnya di usia 5-7 tahun dengan jumlah produksi 35-50 ton/ha. Sedangkan untuk panen perdana setelah ditanam, estimasi produksi terendahnya sekitar 15 ton/ha, tergantung faktor kesuburan tanahnya. “Kalau kesuburan tanahnya sangat bagus, maka jumlah produksinya bisa lebih dari 15 ton/ha,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua YHLI Ardedi Tanjung mengucapkan terima kasih kepada PT Semen Padang yang telah mendukung sosialisasi tanaman kaliandra merah. Apalagi dalam sosialisasi ini, PT Semen Padang juga memberikan 1.500 bibit kaliandra merah untuk dibagikan kepada kelompok tani di sakingka Danau Maninjau.
“Nah, 1500 bibit kaliandra merah ini baru tahap pertama. Artinya, akan ada ribuan bibit kaliandra merah yang akan dibagikan Semen Padang kepada kelompok tani di sakingka Danau Maninjau ini. Dan, para kelompok tani sangat senang bisa mendapatkan bibit kaliandra merah ini secara gratis,” katanya.
Ia pun juga menyampaikan latar belakang kenapa sosialisasi kaliandra merah ini dilakukan. Kata dia, kaliandra merah ini adalah tanaman ramah lingkungan dan sangat cocok ditanam di salingka Danau Mninjau. Ditambah lagi, tidak butuh waktu lama untuk menunggu masa panen, dan di salingka Danau Maninjau juga sangat banyak lahan kosong.
“Ada sekitar 500 ha lahan kosong di salingka Danau Maninjau ini. Dan, lahan ini lah yang akan kami manfaatkan untuk ditanami kaliandra merah. Karena, kaliandra merah ini sangat dapat membantu menambah pendapatan masyarakat sekitar salingka Danau Maninjau,” ujarnya.
Sementra itu, Kelompk Tani dari Jorong Lubuk Sao, Nagari Dama Gadang Koto Panjang, Kecamatan Tanjuang Raya, bernama Suhendri mengatakan bahwa dirinya tertarik ikut sosialisasi kaliandra merah ini, karena tanaman kaliandra merah ini merupakan yang sangat banyak manfaatnya. Terutama, bermanfaat untuk menyuburkan lahan dan dapat menahan erosi.
“Di areal pertanian kami, ada lahan yang miring dan berpotensi terjadinya longsor. Makanya kami tertarik dengan kaliandra ini. Apalagi dari paparan narasumber, disampaikan bahwa tidak ada bagian dari kaliandra merah yang tidak bisa dimanfaatkan. Kayunya untuk bahan bakar pengganti batubara, daunnya untuk pakan ternak, dan bunganya untuk madu,” katanya.
Hal yang sama juga disampaikan peserta sosialisasi lainnya bernama Zul Abrar, yang mengaku berasal dari Lubuk Basuang. “Saya bukan dari Tanjung Raya, tapi dari Lubuk Basuang. Saya sengaja datang ke sini, karena saya pemerhati kelompok tani galo-galo Lubuk Basuang, dan saya tertarik dengan kaliandra merah ini, karena bunganya bermanfaat untuk konsumsi madu galo-galo,” katanya.
Di Lubuk Basuang, tambahnya, belum ada petani madu galo-galo yang memanfatkan bunga kaliandra merah. “Jadi, saya akan dorong bagaimana petani madu galo-galo di Lubuk Basuang juga menanam kaliandra merah ini. Terutama di Jorong Anam Parit Panjang. Karena, di sana terdapat banyak masyarakat yang menjadi petani madu galo-galo,” pungkasnya. (h/dan)