PADANG, HARIAHALUAN.ID– Alumni Pondok Pesantren MTI Candaung menyayangkan kasus pelecehan seksual oleh oknum ustaz kepada puluhan santri.
Salah seorang alumni MTI Canduang, Muhammad Arif menyayangkan kasus kekerasan seksual yang menimpa almamaternya itu. Menurutnya tindakan pelecehan itu diduga kuat pengaruh dari kelompok pelaku seks menyimpang.
“Kuat dugaan MTI Canduang sudah jadi target dari oknum sindikat jaringan pelaku seks menyimpang ini, karena pelaku awalnya adalah korban dari pihak luar sekolah,” ujarnya.
Pelaku seks menyimpang katanya, memang sering menjadi sebuah momok menakutkan, karena sulit diidentifikasi dan dilacak, karena modus operasinya sangat rapi, terpola dan sistematis.
“Kalau hari ini korbannya adalah MTI Canduang, tidak menutup kemungkinan pesantren-pesantren lain dan institusi pendidikan Islam lainya juga akan dijadikan target operasi selanjutnya” ucap Arif.
Pihak MTI Candung sendiri telah mengeluarkan dan memberhentikan oknum pelaku secara tidak hormat sebagai Pembina Asrama. MTI Canduang siap bekerjasama dengan berbagai pihak terutama penegak hukum dan unsur niniak mamak, pemuda dan tokoh masyarakat lainnya untuk bahu membahu dalam membongkar para pelaku dan korban sindikat pelaku seks menyimpang lainnya.
“Saya sebagai salah satu Tim Hukum MTI Canduang telah berkomitmen bersama Tim hukum lainnya untuk mendampingi para korban dan melakukan investigasi selanjutnya” ucap Arif.
Arif juga mengimbau kepada seluruh Komponen Masyarakat, Niniak Mamak, Alim Ulama Serta Cadiak Pandai baik yang terhimpun dalam sebuah lembaga maupun secara Individu, serta komponen Pondok Pesantren dan institusi pendidikan yang berada di Sumatera Barat agar saling bahu membahu untuk menjaga generasi muda agar tidak terpapar oleh perilaku menyimpang ini.
“Kami mengutuk keras atas perilaku seks menyimpang yang sengaja ditularkan secara masif dan sistematis kepada generasi-generasi muda,”ujar Ketua Umum Pemuda Perti Sumbar ini.
Hal senada juga disampaikan oleh yang juga alumni MTI Canduang lainnya, Maichel Firmansyah. Ia mengaku tidak menyangka terjadi kasus kekerasan seksual di lingkungan pondok pesantren tersebut.
“Sungguh tidak menyangka hal tersebut terjadi, padahal semasa nyantri dulu, kami telah dididik dan dijaga ketat oleh guru-guru kami di sana. Belajar agama, serta melakukan kegiatan-kegiatan positif lainnya untuk mendekatkan diri pada Allah,” ujarnya.
Baginya, tidak ada yang salah dari apa yang ia jalani semasa mondok di MTI Candung dulu. Khususnya pelajaran dari para guru yang untuk mengenal pencipta, memahami nilai dan norma serta kehidupan sosial lainnya.
Menurutnya apa yang terjadi hari ini bukanlah representasi dari MTI Canduang. MTI Candung merupakan sekolah yang telah lama berdiri, bahkan sejak pra-kemerdekaan Indonesia. Produk-produknya atau alumni pondok pesantren yang disebut MTI Candung ini telah melahirkan banyak tokoh dan intelektual muslim yang telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia. (*)