Menurut Bambang, angka kesembuhan pasien stroke tergantung dari penangganan awal pasien kena stroke. “Kesembuhan tidak bisa disamakan dengan pasien yang penangganannya diawal satu jam kena stroke dengan pasien yang ditangani 10 jam dari kena stroke. Tingkat kecacatan pasien stroke dapat diminimalisir apabila ditangani dengan cepat, tepat dan baik,” ujar Bambang kepada Haluan, Kamis (26/3/2023).
Sementara itu, Direktur Medik, Keperawatan dan Penunjang RSOMH Bukittinggi, dr. Ruhaya Fitrina, Sp.S (K) mengatakan, peralatan Cathlab tersebut merupakan pemberian Kementerian Kesehatan RI tahun 2018. Pada saat itu, Cathlab belum sempat beroperasi, karena terkendala masa pendemi Covid-19 yang akhirnya Cathlab itu vakum. Namun, kini Cathlab dioptimalkan kembali di bawah pimpinan dr. Bambang.
“Dulu dr. Bambang juga yang mengoperasionalkan peralatan ini. Pada kesempatan ini, kita kembali mengoptimalkan peralatan ini. Alat ini sangat canggih mendiagnosa dan menterapi pembuluh darah otak dan jantung,” kata Ruhaya.
Menurutnya, pasien yang berobat di RSOMH 80 persennya adalah pasien stroke karena itu namanya rumah sakit otak milik Kementerian Kesehatan RI. “Rumah sakit kita ini juga melayani pasien BPJS. Jika pasien umum yang menggunakan Cathlab biayanya mencapai puluhan juta,” ujarnya didampinggi Kasubag Pemasaran RSOMH, David. (*)