“Karena tidak sesuai standar, makanya kami ganti. Kami pesan ulang dengan estimasi pengiriman tanggal 16 sampai 20 Januari dari Jakarta. Jadi, sampainya paling lambat tanggal 24-25 Januari nanti di Pariaman,” ujarnya.
Ia menerangkan, BGN telah menetapkan standar ompreng dengan material stainless SUS304. Sementara, spesifikasi ompreng pesanan pertama adalah material stainles SUS201.
“Perbedaannya ada pada ketebalan. Untuk SUS201 kedalamannya sekitar enam sampai enam setengah sentimeter. Kalau yang SUS304, delapan sentimeter,” ujarnya.
Mulanya, Fakhriati sengaja memesan ompreng SUS201 karena merujuk harga yang lebih murah. Beberapa hari kemudian, ia baru menyadari bahwa ompreng pesanan tersebut tidak sesuai standar.
“Kami kan setiap hari ada rapat dengan BGN, ya. Kira-kira beberapa hari setelah dipesan, baru diketahui kalau ompreng yang dipesan ini tidak sesuai standar,” katanya.
Fakhriati memperkirakan, ompreng yang baru akan tiba di Kota Pariaman paling lambat pada tanggal 24-25 Januari 2025. Jadi, ada penundaan program MBG sekitar dua pekan di daerah tersebut. Selama dua pekan tersebut, Fakhriati memastikan pemberian makan bergizi tidak dilakukan.Di sisi lain, ada alasan di balik lamanya penyelesaian pesanan ompreng.
Menurut pemilik dapur yang berlokasi di Desa Alai Galombang itu, terdapat peningkatan jumlah permintaan ompreng karena Program MBG. Vendor dilarang mengimpor barang, sehingga harus memesan di pabrik asli Indonesia.