Ia juga mengkritik peran Wakil Gubernur Vasko Ruseimy yang dinilainya lebih banyak tampil dalam konten media sosial ketimbang menjalankan fungsi strategis sebagai pejabat publik.
“Yang saya lihat Wagub sekarang lebih fokus bikin konten. Konten soal toilet rusak, gonjong rumah dinas, bahkan rumah dinas itu dipagari seperti rumah di Pondok Indah. Harusnya Wagub mulai berpikir bagaimana meningkatkan pendapatan dan membawa dana pusat ke Sumbar,” sindirnya.
Sebagai kader Partai Gerindra, Nofrizon menilai Vasko memiliki peluang besar melobi pemerintah pusat. Namun, hal itu tidak dimanfaatkan secara maksimal.
Target PAD Turun, Tanda Kegagalan
Nofrizon juga mengungkapkan bahwa lemahnya kinerja Pemprov Sumbar tercermin dari turunnya target PAD dalam rancangan perubahan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) APBD 2025.
“Seharusnya target PAD naik setiap tahunnya. Tapi ini justru turun dari Rp2,83 triliun menjadi Rp2,67 triliun, atau turun sekitar 6,04 persen. Ini menunjukkan tekanan ekonomi dan kegagalan dalam optimalisasi pendapatan,” katanya.
Nofrizon juga menyampaikan harapannya agar kritik ini dapat menjadi cambuk bagi pemerintah daerah, khususnya Wakil Gubernur, untuk belajar lebih dalam mengenai tata kelola pemerintahan dan strategi melobi anggaran pusat.
“Mudah-mudahan kritik saya ini bisa mendorong perubahan. Sumbar butuh kepemimpinan yang kuat dan visioner untuk mengejar ketertinggalan dari masa lalu,” tuturnya. (*)