Menjawab kebutuhan pabrik untuk sawit rakyat, ia sendiri mengaku sudah membicarakan hal itu dengan Presiden. Ia memang diminta Presiden untuk mempelajari sawit rakyat yang masih sangat tergantung pada industri, sehingga harga kadang naik kadang turun, karena petani tidak punya pabrik pengolahan.
“Saya sudah sampaikan pada Pak Presiden, perkebunan sawit rakyat selama ini sangat bergantung pada pengolahan pabrik yang dikelola industri besar. Mereka tidak punya pabrik pengolahan sawit sendiri,” ucapnya.
Ia menegaskan, pihaknya akan mengupayakan pembangunan pabrik pengolahan sawit rakyat itu di Tiku V Jorong. Pembiayaannya, kata dia, bisa dengan memanfaatkan dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), termasuk perbankan dan dana bergulir dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi (LPBDK).
“Tentu kami kaji dulu kapasitas sawitnya berapa, pabriknya ukuran berapa, bagaimana penjualan hasil hilirisasinya minyaknya. Tinggal nanti proposal mungkin dimatangin dan KUD sama Pak Bupati silahkan ajukan,” tuturnya.
Di samping itu, Teten juga mengajak KUD Tiku V Jorong untuk mengolah produksi sawitnya jadi minyak makan merah. Pilot project pengembangan minyak makan merah oleh koperasi ini telah mulai diinisiasi di Sumatra Utara, Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah.
Tujuannya agar bisa menjadi alternatif di tengah kebutuhan minyak goreng yang tinggi. Termasuk bisa jadi potensi yang memberikan nilai tambah bagi petani sawit. Ia pun menyebut minyak jenis ini lebih sehat.
“Minyak makan merah ini lebih sehat dan punya banyak manfaat, memiliki vitamin A dan bisa mengatasi gizi buruk. Dengan adanya ini juga dapat memecahkan permasalahan pasokan minyak goreng dan dapat menghadirkan minyak goreng yang terjangkau bagi rakyat,” katanya. (*)