Lebih lanjut Fatmawati mengatakan, BKKBN juga punya tim pendampingan keluarga yang akan mendampingi mulai dari calon pengantin, masa kehamilan hingga melahirkan anak sampai usia lima tahun, tujuannya agar tidak ada lagi lahir anak-anak berisiko stunting.
“Selain itu, kami juga bekerja sama dengan forum rektor Indonesia untuk melakukan analisis situasi kejadian stunting. Untuk analisis tahap pertama dilakukan di masing-masing wilayah, termasuk Solok,” ujarnya.
Dikatakan Fatmawati, salah satu penyebab stunting karena sang ibu tidak memiliki akses terhadap makanan sehat dan bergizi, sehingga menyebabkan buah hatinya turut kekurangan nutrisi.
“Rendahnya asupan vitamin dan mineral yang dikonsumsi ibu juga bisa ikut mempengaruhi kondisi malnutrisi janin. Tentunya, banyak penyebab lainnya yang harus diketahui tentang penyebab stunting,” ujar dia.
Di samping itu, Anggota Komisi IX DPR RI, Ade Rezki Pratama sebagai mitra perwakilan BKKBN Sumbar mengatakan, selain berkoordinasi dan bekerja sama juga dibutuhkan kesadaran dari masyarakat dalam upaya penanganan stunting tersebut.
Ade juga mengimbau, agar seluruh masyarakat bisa mencukupi segala aspek sebelum menikah, seperti mental, pendidikan yang matang, pengetahuan tentang berumah tangga, agar nantinya bisa melahirkan dan merawat anak dengan baik, sehingga terhindar dari risiko stunting.
Selain itu, Ade menambahkan, juga dibutuhkan multisektor, butuh peranan-peranan berbagai pihak seperti pemerintah, pemangku adat, masyarakat dan lainnya, karena semua sektor memiliki tugas masing-masing. (*)